BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bagi bangsa
yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan kebutuhan
perumahan, sandang dan pangan. Bahkan ada bangsa atau yang tekecil adalah
keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya, mereka mau mengurangi
klualitas perumahan, pakaian, bahkan makanan demi melaksanankan pendidikan
anak-anaknya.
Seharusnya
negara juga demikian. Apabila suatu negara ingin cepat maju dan berhasil dalam
pembangunan. Prioritas pembangunan negara itu adalah pendidikan. Jika perlu
sektor-sektor yang tidak penting ditunda dan daya dipusatkan pada pembangunan
pendidikan.
Di era
globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologisudah berkembang dengan sangat
pesat, untuk mengikuti perkembangan zaman ini, jalan satu-satunya adalah dengan
pendidikan. Pendidikanlah yang akan mengajarkan dan menuntun kita dalam
pengetahuan atau mengetahui satu hal. Dengan pendidikan kita bisa mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk yang bisa diteladani atau ditiru dari
berbagai sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Dengan
pendidikan jugalah kita bisa berorientasi ke depan, kita bisa menciptakan
segala sesuatu, misalnya ilmu pengetahuan dan teknologi maupn budaya lebih baik
dan lebih sempurna dari yang ada seperti saat dahulu dan saat sekarang ini.
Penulis sengaja
menfokuskan tulisan ini pada peranan pendidikan dalam kemajuan. Karena manusia
cenderung mempunyai keinginan ingin maju, manusia selalu inginlebih sempurna
dan sebelumnya.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan d kaji
diantaranya:
a.
Bagaimanakah
pengertian pendidikan dan kemajuan?
b.
Bagaimanakah
peranan pendidikan terbuka dalam mempersiapkan sdm berkualitas.?
c.
Bagaimana
peranan pendidikan nasional dalam pembangunan karakter bangsa?
d.
Bagaimana
peranan pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia?
e.
Bagaimana
peranan pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial?
f.
Bagaimana
peranan pendidikan memotong rantai kemiskinan?
g. Bagaimana peran pendidikan di era
globalisasi?
1.3.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari
penulisan makalah ini diantaranya:
1.
Untuk
lebih mengetahui pengertian pendidikan dan kemajuan.
2.
Untuk
memahami peranan pendidikan terbuka dalam mempersiapkan sdm berkualitas.
3.
Memahami
peranan pendidikan nasional dalam pembangunan karakter bangsa.
4.
Lebih
memahami peranan pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia.
5.
Untuk
mamahami peranan pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial.
6.
Lebih
mengetahui pendidikan memotong rantai kemiskinan.
7. Memahami peran pendidikan di era
globalisasi.
Adapun
kegunaannya adalah:
1. Menambah
wawasan dan sebagai bahan bacaan.
2. Memenuhi
tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan dan Kemajuan
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
dewasa kepada manusia yang belum dewasa dengan tujuan untuk mempengaruhi ke
arah yang lebih baik. Namun pendidikan dalam makalah ini adalah pengetahuan
atau ilmu pengetahuan yang dimiliki seorang, yang semua itu berawal dari
pendidikan dalam proses belajar mengajar.
Kemajuan adalah suatu perubahan keadaan yang lebih baik dan lebih
bermanfaat dari keadaan yang sebelumnya. Dan semua itu terjadi karena adanya
pendidikan. Atau di sebut juga damapak positif dari adanya pendidikan.
2.2
Peranan Pendidikan Terbuka dalam Mempersiapkan
SDM Berkualitas
Globalisasi
bukan lagi basa-basi. Dampaknya sudah sangat terasa dewasa ini, terutama yang
berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi. Kondisi yang ditandai oleh
mengaburnya batas-batas antarnegara tersebut juga mempengaruhi dunia
pendidikan. Globalisasi yang diikuti lompatan teknologi informasi dan
komunikasi telah menimbulkan pergeseran dalam paradigma dunia pendidikan,
khususnya pendidikan tinggi. Ruang kuliah kini bukan lagi satu-satunya tempat
berlangsungnya proses pembelajaran.
Kehadiran
internet membuat siapa saja, termasuk mahasiswa dapat mengakses informasi dari
berbagai sumber. Informasi tersebut dapat berupa jurnal ilmiah terkini,
kumpulan kuliah dari guru besar perguruan tinggi luar negeri dan lain-lain.
Sementara itu pemanfaatan surat elektronik (e-mail) juga memungkinkan mahasiswa
berkorespondensi dengan para pakar dari seluruh penjuru dunia.
Perkembangan
dunia informasi dan teknologi yang begitu cepat telah mengubah paradigma
pendidikan dari lecturer/teacher centered education menjadi student centered
education. Saat ini dosen bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi
pengetahuan bisa bersumber dari mana saja (multi knowledge provider).
Sistem
pendidikan jarak jauh (SPJJ), dalam hal tertentu justru dianggap sebagai salah
satu solusi mengatasi rendahnya daya tampung pendidikan tatap muka. Daya
tampung SPJJ cukup fantastis bila dibandingkan dengan sistem pendidikan tatap
muka. Selain itu, biaya pendidikan jarak jauh pada umumnya relatif lebih murah
dibandingkan dengan pendidikan tatap muka, baik dipandang dari sudut
penyelenggara pendidikan maupun peserta didik. [1]
2.3
Peranan Pendidikan Nasional Dalam Pembangunan Karakter Bangsa
Pendidikan kebangsaan bila dilihat dari kacamata pertahanan sebuah
negara, dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pendidikan militer dan non
militer. Di negara maju seperti Jepang, mereka menerapkan pertahanan rakyat
semesta atau wajib militer. Dalam wajib militer ini tidak hanya diberikan
pelatihan fisik saja namun diberikan juga pendidikan bela negara yang
menanamkan pembentukan karakter sebuah bangsa.
Pendidikan dan pertahanan sebuah bangsa selalu berkaitan, karena
dengan pendidikan kebangsaan yang baik akan tercipta suatu kebhinekaan, dimana
hal tersebut akan menjadi modal pertahanan sebuah negara. Beliau berpendapat
setiap percikan budaya merupakan bagian dari ke-Indonesiaan untuk mengisi ulang
jati diri bangsa Indonesia. bahasa sebagai suatu proses pertama transformasi
nilai-nilai karakter bangsa berharap dengan pengamalan budaya ini dapat
menyaring persepsi dan pandangan-pandangan yang mengikis karakter.
Di tengah derasnya arus informasi, masyrakat Indonesia cenderung
tidak tertarik lagi pada buku dan bacaan-bacaan. Masyarakat Indonesia lebih
tertarik kepada gambar dan tayangan-tayangan, hal ini mempengaruhi
persepsi kita sebagai bangsa Indonesia. pendidikan Indonesia hendaklah kembali
pada budaya gemar membaca buku.
Pendidikan karakter yang terpenting dimulai dari seorang ibu.
Betapa pun kuatnya pengaruh sekolah formal, informal dan non formal,
Ibulah yang menanamkan nilai-nilai yang diperlukan dalam kehidupan. Ibu
mengajarkan semangat juang dan pantang menyerah. Selain ibu, faktor lingkungan
seperti rumah yang nyaman dan kondusif adalah tempat yang paling tepat
bagi seorang anak untuk menumbuhkan rasa percaya diri, berdaya saing dan
beradab.
2.4 Peranan Pendidikan Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Persoalan ketenagakerjaan selalu mendapat
perhatian yang serius dari berbagai kalangan, baik pemerintah,
swasta maupun dari masyarakat. Kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan ini
dapat dipandang sebagai suatu upaya masing-masing individu untuk memperoleh dan
mempertahankan hak-hak kehidupan yang melekat pada manusia agar memenuhi
kebutuhan demi kelangsungan hidup.
Tujuan pembangunan nasional, yaitu terwujudnya
masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan dan berdaya saing maju
dan sejahtera dalam wadah negara kesatuan republik indonesia yang didukung oleh
manusia yang sehat, mandiri dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.[2]
Dari tujuan tersebut tercermin bahwa sebagai
titik sentral pembangunan adalah pemberdayaan sumber daya manusia termasuk
tenaga kerja, baik sebagai sasaran pembangunan maupun sebagai pelaku
pembangunan. Dengan demikian, pembangunan ketenagakerjaan merupakan salah satu
aspek pendukung keberhasilan pembangunan nasional. Di sisi lain, terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan nasional
tersebut, khususnya dibidang dibidang ketenagakerjaan, sehingga diperlukan
kebijakan dan upaya dalam mengatasinya.[3]
Sehubungan hal tersebut di atas pengembangan
SDM di Indonesia dilakukan melalui tiga jalur utama, yaitu pendidikan,
pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja. Jalur pendidikan merupakan tulang punggung
pengembangan SDM yang dimulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja merupakan
jalur suplemen dan komplemen terhadap pendidikan.
Arah pembangunan SDM di
indonesia ditujukan pada pengembangan kualitas SDM secara komprehensif meliputi
aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan teknologi, serta
profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai
religius sesuai dengan agamanya. Dengan kata lain, pengembangan SDM di Indonesia
meliputi pengembangan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ).[4]
Dalam rangka pengembangan SDM di indonesia,
banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan pertama adalah jumlah penduduk
yang besar, yaitu sekitar 216 juta jiwa. Tantangan kedua adalah luasnya wilayah
indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dengan penyebaran penduduk yang tidak
merata. Tantangan ketiga adalah mobilitas penduduk yang arus besarnya justru
lebih banyak ke pulau Jawa dan ke kota-kota besar.[5]
Berbagai tantangan seperti itu, memerlukan
konsep, strategi dan kebijakan yang tepat agar pengembangan SDM di Indonesia
dapat mencapai sasaran yang tepat secara efektif dan efisien. Hal ini penting
dilakukan karena peningkatan kualitas SDM Indonesia tidak hanya untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing di dalam maupun diluar negeri, tetapi
juga untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan penghasilan bagi
masyarakat.
2.5
Peranan Pendidikan Dalam Mewujudkan Mobilitas Sosial
Pendidikan
dalam kaitannya dengan mobilitas sosial harus mampu untuk mengubah mainstrem
pesrta didik akan realitas sosialnya. Pendidikan yang tepat untuk mengubah
paradigma ini adalah pendidikan kritis yang pernah digulirkan oleh Paulo
Freire. Sebab, pendidikan kritis mengajarkan kita selalu memperhatikan kepada
kelas-kelas yang terdapat di dalam masyakarakat dan berupaya memberi kesempatan
yang sama bagi kelas-kelas sosial tersebut untuk memperoleh pendidikan. Disini
fungsi pendidikan bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan
tetapi sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan peruabahan dalam masyarakat.
Pendidikan harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
realitas sosial, analisa sosial dan cara melakukan mobilitas sosial.
Orang bisa
mendebat balik, dengan pendidikan seseorang bisa mengalami mobilitas sosial.
Mereka tak harus terus menjadi petani dan orang miskin jika bisa mengenyam
pendidikan. Itulah masalahnya. Di banyak negara berkembang lain mobilitas
sosial tidak selalu dimungkinkan. Di India kasta adalah salah satu hambatan
mobilitas sosial, selain banyak hambatan lain. Di negara seperti Indonesia,
korupsi yang sudah mengakar hingga ke tingkat penerimaan pegawai bisa jadi
alasan lain mengapa mobilitas sosial relatif sulit terjadi.
Cengkeraman
kapitalisme nampaknya begitu kental dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Didorong oleh misi untuk meningkatkan akumulasi kapital sebesar-besarnya,
lembaga pendidikan akan lebih banyak menerima pelajar-pelajar gedongan meski
memiliki IQ pas-pasan. Pelajar yang berprestasi tetapi miskin, tidak dapat
sekolah atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Mobilitas sosial
vertikal hanya akan menjadi milik orang kaya yang mampu sekolah tinggi, meskipun
secara intelektual diragukan.
Berbarengan
dengan meningkatnya gejala privatisasi pendidikan dan aspirasi atas pendidikan
yang berkualitas memang juga terjadi peningkatan kecenderungan dalam masyarakat
untuk mendirikan pendidikan yang mahal tetapi menjanjikan mutu: Buktinya
sekolah / madrasah baik swasta maupun negeri semakin meningkat jumlahnya dalam
kurun hampir dua dasawarsa terakhir. Jelas, hanya terdapat segelintir kalangan
masyarakat biasa disebut sebagai “kelas menengah” – yang mampu membeli
pendidikan yang mahal tersebut. Tetapi lembaga lembaga pendidikan yang mahal
itu sudah telanjur eksis di mana-mana. dan tersebar dimana-mana dan kalangan
publik yang inisk. sekalipun beranak anak mereka ke sana. Dan ini jelas dan
perlu dihargai dan didukung.
Disinilah
terletak dilema klasik. Pendidikan merupakan akses yang sangat penting – jika
tidak satu satunya – untuk mencapai mobilitas sosial; tetapi kaum miskin tidak
dapat menjangkau akses tersebut, karena mahalnya biaya. Akhirnyal terciptalah vicious
circle (lingkaran setan); kerniskinan menciptakan keterbelakangan pendidikan,
dan sosial ekonomi, dan keterbelakangan terakhir ini menghasilkan
keterbelakangan pendidikan.
Dalam konteks
terakhir inilah kebutuhan pada filantrofi (kedermawanan) secara khusus untuk
pendidikan terasa semakin dibutuhkan dan mendesak. Jika tidak, sekolah/madrasah
yang berkualitas hanya bisa dimasuki anak anak dari keluarga kaya. Padahal,
kita juga tahu, terdapat cukup banyak anak dari kalangan miskin yang cerdas,
borbakat, rajin, mau bekerja keras dan dengan demikian, cukup menjanjikan.
Memang tradisi filantropi untuk pendidikan bukanlah sesuatu hal baru di Indonesia. Kita tahu sangat banyak lembaga pendidikan, seperti madrasah/sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi yang didirikan dan dikembangkan dengan dana filantropi. Agaknya, hampir bisa dipastikan, lembaga lembaga pendidikan yang dibangun dengan dana filantropi swasta dan masyarakat jauh lebih banyak, dibandingkan dana pemerintah.[6]
Memang tradisi filantropi untuk pendidikan bukanlah sesuatu hal baru di Indonesia. Kita tahu sangat banyak lembaga pendidikan, seperti madrasah/sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi yang didirikan dan dikembangkan dengan dana filantropi. Agaknya, hampir bisa dipastikan, lembaga lembaga pendidikan yang dibangun dengan dana filantropi swasta dan masyarakat jauh lebih banyak, dibandingkan dana pemerintah.[6]
2.6
Peranan
Pendidikan Memotong Rantai Kemiskinan
Indonesia dengan penduduk sekitar 211 juta jiwa pada tahun 2002
memerlukan usaha terus menerus yang konsisten untuk memerangi/memecahkan
masalah penduduknya yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Upaya memerangi
kemiskinan itu harus merupakan komitmen semua komponen pembangunan yang dilakukan
dengan terpadu dan terus menerus pada sasaran yang sama, yaitu keluarga kurang
mampu, baik menyangkut kepala keluarganya, anak-anaknya atau anggota lain dari
keluarga tersebut.[7]
Apabila komitmen itu tidak seragam, yaitu setiap komponen
pembangunan mencari sasarannya sendiri-sendiri, tidak mustahil hasilnya akan
tidak maksimal dan kemiskinan yang mungkin saja ditangani akan tumbuh kembali
dengan magnitute yang justru
lebih membesar.
Upaya pengentasan kemiskinan biasanya ditujukan kepada sasaran
penduduk miksin atau penduduk kurang mampu tanpa mengambil sasaran keluarganya
secara utuh. Padahal keluarga itu mempunyai anak, atau anak-anak yang masih
kecil atau anak remaja yang mungkin saja sekolah atau kebanyakan tidak sekolah
karena orang tuanya kurang mampu. Anak-anak ini biasanya terlepas dari
perhatian kita semua karena di sekolah hampir pasti anak-anak ini tidak
menonjol karena berbagai alasan. Atau anak-anak ini justru tidak sekolah karena
kekurangan biaya dan harus membantu orang tuanya mencari nafkah atau maksimal
bekerja keras sambil sebisa-bisa belajar pada tingkat pendidikan yang masih
rendah. Jarang, kalau ada, anak-anak keluarga kurang mampu itu yang sanggup
melanjutkan pendidikan pada pendidikan tinggi atau universitas. Kalau ada
mereka umumnya menjadi mahasiswa yang segera dengan mudah drop-out karena
berbagai alasan.
Pertumbuhan keluarga kurang mampu muda dewasa ini relatif tinggi karena
beberapa alasan sebagai berikut ini :
1.
Jumlah
keluarga muda kurang mampu sekarang ini relatif tinggi, yaitu sekitar setengah
paro dari 20 persen jumlah penduduk yang ada di Indonesia yang jumlahnya adalah
211 juta jiwa tersebut.
2.
Anak-anak
muda anak dari keluarga kurang mampu itu masih menikah relatif pada usia yang
muda.
3.
Anak-anak
muda yang lebih mampu bisa belajar sedikit tentang reprodusksi dan mungkin saja
mengikuti KB setelah menikah.
4.
Berkat
tersedianya fasilitas kesehatan umum yang makin baik, biarpun relatif kurang
mampu, tingkat kematian anak dan tingkat kematian bayi secara umum makin kecil.
[8]
Karena
alasan-alasan itu maka upaya pengentasan kemiskinan tidak boleh hanya terpaku
pada kepala keluarga yang kebetulan miskin, tetapi harus dengan seksama
diarahkan pada keluarga muda yang kurang mampu serta anak-anak mereka yang
masih bersekolah, baik di pendidikan dasar, menengah maupun mereka yang
berhasil meraih pendidikan yang lebih tinggi.
Anak-anak mereka yang bersekolah itu harus dijadikan sasaran
bersama untuk dibantu pemberdayaannya dengan gigih karena kemungkinan besar
dengan membantu pemberdayaan mereka dengan pendidikan yang cukup bisa dicegah
tumbuhnya atau bertambahnya keluarga miskin baru. Upaya itu sekaligus merupakan
upaya untuk memotong rantai kemiskinan yang terjadi secara alamiah karena anak
keluarga miskin yang tidak bersekolah, hampir pasti mendapatkan pekerjaan yang
menghasilkan nilai tambah yang relatif rendah. Apabila pertambahan keluarga
miskin itu dapat dicegah maka dengan sendirinya upaya pengentasan kemiskinan
itu tidak seperti upaya yang “berjalan di tempat”. Ini berarti
untuk upaya pengentasan kemiskinan yang bersifat komprehensip kita harus
mewaspadai para anggota keluarga kurang mampu yang ada secara menyeluruh.
Upaya Baru
Menelusuri Anak Keluarga Kurang Mampu
Menyadari betapa sulitnya menempatkan anak-anak keluarga kurang
mampu sebagai titik sentral pembangunan dalam proses pemberdayaan,
maka Yayasan Damandiri berkerja sama dengan beberapa universitas,
negeri dan swasta, sedang berusaha keras mengembangkan cara baru
untuk menempatkan anak-anak berbakat dari anak keluarga kurang
mampu itu. Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah di
Malang dan Universitas Jendral Soedirman di Purwokerto dipilih sebagai
univeristas model untuk mencari cara baru menemukan anak-anak berbakat dari
keluarga kurang mampu tersebut.
Dalam kerjasama ini ketiga universitas mencari anak-anak berbakat
tersebut baik langsung dengan mendatangi sekolah-sekolah maupun mengundang
Kepala Sekolah yang bersangkutan untuk mengirim calon-calon siswanya yang kebetulan
anak keluarga kurang mampu melamar untuk menjadi mahasiswanya dengan mengikuti
seleksi yang diselenggarakan oleh Tim Universitas yang bersangkutan. Selanjutnya
calon mahasiswa itu diseleksi secara ketat oleh Tim Universitas baik dalam
pengalaman akademisnya selama di SMU, SMK atau MA maupun latar belakang orang
tuanya untuk ditentukan kemungkinan di fakultas yang menjadi pilihan siswa yang
bersangkutan. Apabila memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
Universitas yang bersangkutan maka kemudian siswa itu mendapat pemberi tahuan
bahwa dia diterima di Universitas dan fakultas yang menjadi pilihannya.
Daftar siswa yang diterima lengkap dengan pengalaman akademis dan
ciri-ciri latar belakang kedua orang tuanya dikirimkan kepada Yayasan Damandiri
untuk sekali lagi mendapatkan penelitian tentang keadaan orang tuanya. Secara
seksama latar belakang kedua orang tua siswa yang beruntung itu dicek kembali
oleh Yayasan dan 4 diputuskan bahwa siswa itu mendapat dukungan pembayaran
seluruh biaya SPP sampai mahasiswa itu lulus menjadi sarjana pada fakultas atau
universitas pilihannya. Pada bulan Agustus ini diharapkan sudah ada keputusan
tentang nama-nama siswa lulusan SMU, SMK dan MA yang diterima menjadi mahasiswa
dan mendapatkan dukungan pembayaran SPP dari ketiga Universitas yang menjadi
model tersebut.
Apabila percobaan dalam tahun ini berhasil diharapkan tahun depan
Yayasan dapat memperluas usahanya dengan mengajak kerjasama dengan Universitas
lainnya sesuai dengan kemampuan anggaran yang tersedia. Kerjasama ini merupakan
kerjasama gotong royong karena Yayasan Damandiri tidak bisa menyediakan
beasiswa untuk para mahasiswa selama mengikuti pendidikan pada perguruan tinggi
yang ada. Akan diusahakan kerjasama lebih lanjut dengan Yayasan Supersemar
untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa anak keluarga kurang mampu tersebut.
Mulai Berhasil
Angkatan pertama tahun 1999 mulai memasuki semester terakhir. Dalam
waktu singkat beberapa ratus dari angkatan pertama itu akan memasuki semester
terakhir dan dalam waktu singkat tanpa terasa mereka, anak-anak keluarga kurang
mampu itu akan menyelesaikan kuliahnya pada perguruan tinggi pilihannya. Dalam
waktu singkat pula mereka itu akan memasuki pasar kerja dan bekerja memotong
rantai kemiskinan yang digelutinya
bersama orang tua dan keluarganya berabad-abad lamanya. Mereka akan menjadi
pahlawan-pahlawan pembangunan yang mengoper peranan pemerintah dan berbagai
lembaga swadaya masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mereka diharapkan
akan menjadi pekerja profesional yang tangguh dan pembela orang tua
dankeluarganya secara berkelanjutan.Dengan cara ini setidaknya sekitar 3000 –
4000 mahasiswa anak keluarga kurang mampu akan menyelesaikan pendidikan tinggi
dan dalam tahun-tahun yang akan datang akan membantu orang tuanya mengentaskan
dirinya dari lembah kemiskinan.[9]
2.7
PERAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI
Sebagai suatu entitas yang terkait
dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan di berbagai belahan dunia
mengalami perubahan sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun
sebaliknya,kemajuan tersebut juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak
manusia, apalagi dalam era globalisasi sekarang ini. Pendidikan sudah menjadi
komoditas yang makin menarik. Suatu fenomena menarik dalam hal pembiayaan
pendidikan menunjukkan gejala industrialisasi sekolah. Bahkan beberapa sekolah
mahal didirikan dan dikaitkan dengan pengembangan suatu kompleks perumahan
elite. Sekolah-sekolah nasional plus di kota-kota besar di Indonesia dimiliki
oleh pebisnis tingkat nasional dan didirikan dengan mengandalkan jaringan
multinasional berupa adopsi kurikulum dan staf pengajar asing.
Otonomi pendidikan tinggi membawa
implikasi hak dan kewajiban perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatur
pengelolaannya sendiri termasuk mencari sumber-sumber pendapatan untuk
menghidupi diri. Konsekuensi logis dari otonomi kampus, saat ini perguruan
tinggi seakan berlomba membuka program baru atau menjalankan strategi penjaringan
mahasiswa baru untuk mendatangkan dana. Perdebatan antara anti-otonomi dan
pro-otonomi perguruan tinggi tidak akan berkesudahan dan mencapai titik temu.
Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan mengarah
pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta menjadi
kabur dan persaingan antarsekolah akan makin seru. Akibat langsung dari
privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa berdasarkan status sosio-ekonomi.
Atau, kalaupun fenomena itu sudah terjadi di beberapa kota, pemisahan antara
siswa dari keluarga miskin dan kaya akan makin jelas dan kukuh.
Siswa-siswa dari keluarga miskin
tidak akan mampu menanggung biaya yang makin mencekik sehingga mereka akan
terpaksa mencari dan terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang minimalis (miskin).
Sementara itu, siswa-siswa dari kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah
dengan sarana dan prasarana yang memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah
ini mendapatkan iuran pendidikan yang memadai dari siswa, sekolah-sekolah ini
juga akan mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk makin membenahi diri dan
meningkatkan mutu pendidikan. Jadi, sekolah yang sudah baik akan menjadi
(mempunyai kesempatan) untuk menjadi lebih baik. Sebaliknya, sekolah yang
miskin akan makin terperosok dalam kebangkrutan.
Dalam dinamika globalisasi,
anak-anak bangsa tercecer dalam berbagai sekolah yang beragam menurut latar belakang
sosioekonomi yang berbeda. Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil
bagi semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai saat
ini, belum tampak adanya pembenahan yang signifikan dan terpadu untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dari tingkat pendidikan dasar sampai
dengan tingkat pendidikan tinggi. Muncul pertanyaan besar: Ke mana arah
pendidikan di Indonesia?
Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang tepat. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia. Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya {state building] dan {nation building] melainkan juga {capacity building.] Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus pada kebijakan yang strategis dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan tindakan instrumental dan teknis seperti UAN/UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten perlu difasilitasi untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat namun bermutu tinggi. Pendidikan berbasis masyarakat ini diharapkan bisa menjadi lahan persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengenali berbagai persoalan dan sumber daya dalam masyarakat serta terus mencari upaya-upaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang tepat. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia. Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya {state building] dan {nation building] melainkan juga {capacity building.] Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus pada kebijakan yang strategis dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan tindakan instrumental dan teknis seperti UAN/UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten perlu difasilitasi untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat namun bermutu tinggi. Pendidikan berbasis masyarakat ini diharapkan bisa menjadi lahan persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengenali berbagai persoalan dan sumber daya dalam masyarakat serta terus mencari upaya-upaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
Globalisasi ekonomi dan era
informasi mendorong industri menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan
tinggi yang kompeten dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak setiap
lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan
oleh lapangan kerja tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil
lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis
ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang
karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan perguruan tinggi
dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga
harus mampu berperan sebagai pencipta kerja. Keduanya memerlukan jiwa
kewirausahaan. Oleh karena itu, agar supaya perguruan tinggi mampu memenuhi
tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya adalah inovasi
pembelajaran dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi
sekarang ini. Ada suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan
perguruan tinggi di Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaannya. Sedangkan
sebagian kecil yang telah memiliki jiwa kewirausahaan, umumnya karena berasal
dari keluarga pengusaha atau dagang. Dalam kenyataan menunjukkan bahwa
kewirausahaan adalah merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan.
Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi
pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya
memiliki jiwa kewirausahaan.
Proses pembelajaran yang merupakan
inkubator bisnis berbasis teknologi ini dirancang sebagai usaha untuk
mensinergikan teori (20%) dan Praktek (80%) dari berbagai kompetensi bidang
ilmu yang diperoleh dalam bidang teknologi & industri. Inkubator bisnis ini
dijadikan sebagai pusat kegiatan pembelajaran dengan atmosfir bisnis yang
kondusif serta didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai.
Tujuan implementasi inovasi dari
kegiatan inkubator bisnis berbasis teknologi ini adalah menumbuh kembangkan
jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa sebagai peserta didik. Sedangkan manfaat yang
diperoleh bagi institusi adalah tercapainya misi institusi dalam membangun
generasi technopreneurship dan meningkatnya relevansi antara dunia pendidikan
dengan dunia industri. Sedangkan manfaat bagi mitra kerja adalah terjalinnya
kerja sama bisnis dan edukasi. Kerjasama ini dikembangkan dalam bentuk bisnis
riil produk sejenis yang memiliki potensi ekonomi pasar yang cukup tinggi.
Proses globalisasi yang sedang
terjadi saat ini, menuntut perubahan perekonomian Indonesia dari resourced
based ke knowledge based. Resource based yang mengandalkan kekayaan dan
keragaman sumber daya alam umumnya menghasilkan komoditi dasar dengan nilai
tambah yang kecil. Salah satu kunci penciptaan knowledge based economy adalah
adanya technology entrepreneurs atau disingkat techno-preneur yang merintis
bisnis baru dengan mengandalkan pada inovasi. Hightech business merupakan
contoh klasik bisnis yang dirintis oleh technopreneurs.
Bisnis teknologi dunia saat ini
didominasi oleh sektor teknologi informasi, bioteknologi dan material baru
serta berbagai pengembangan usaha yang berbasiskan inovasi teknologi. Bisnis
teknologi dikembangkan dengan adanya sinergi antara teknopreneur sebagai
pengagas bisnis, Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi
teknologi baru, serta perusahaan modal ventura yang memiliki kompetensi dalam
pendanaan.
Jumlah usaha kecil menengah berbasis
teknologi (UKMT) di Indonesia berkembang dengan pesat. Kecenderungan
peningkatan ini lebih didorong oleh terbatasnya peluang kerja di
industri-industri besar karena pengaruh krisis ekonomi dan mulai munculnya
technopreneurship di kalangan lulusan pendidikan tinggi teknik.
Dalam menghadapi era globalisasi,
persaingan akan semakin ketat, sehingga sangat dibutuhkan kebijakan-kebijakan
dan aktivitas-aktivitas secara langsung yang dapat meningkatkan daya saing UKMT
di kemudian hari. Kesulitan dan hambatan pada UKMT di Indonesia dalam
mengembangkan usahanya adalah lemahnya jalur pemasaran, dukungan teknologi dan
terbatasnya permodalan. Terlebih lagi, bagi pengusaha pemula, masalah ini akan
terlihat lebih besar dan menjadi kendala cukup besar dalam mengembangkan
usahanya.
Sampai saat ini belum banyak
institusi pemerintah maupun swasta yang dapat memberikan dukungan secara
langsung untuk pengembangan UKMT khususnya bagi pengusaha pemula. Sehingga
sangat dibutuhkan suatu wadah yang dapat memberikan dukungan langsung berupa
fasilitas-fasilitas yang dapat membantu UKMT khususnya membantu pengusaha
pemula dalam melaksanakan dan mengembangkan usahanya. Dalam rangka turut serta
membantu dan mendukung secara langsung kegiatan UKMT khususnya kegiatan
pengusaha pemula, maka dipandang sangat perlu untuk dapat membangun suatu wadah
yang memiliki fasilitas yang dapat mendukung secara langsung kegiatan
operasional, promosi, pemasaran, konsultasi teknologi produksi, investasi dan
permodalan. Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut, diharapkan UKMT
khususnya pengusaha pemula di Indonesia dapat mengembangkan usahanya lebih
cepat dan terarah.
Menatap masa depan berarti
mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan
merupakan terapi kesehatan jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi
technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran
intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk
meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa
mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. mulailah dari diri
sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik
dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga
Bangsa Indonesia. [10]
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Suatu keadaan dikatakan maju apabila suatu keadaan tersebut sudah
lebih baik dari keadaan sebelumnya, kemajuan itu di awali dengan adanya
pendidikan, dan dari pendidikanlah seseorang mendapatkan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan, kemudian dengan ilmu yang dimilikinya, seseorang akan berfikir ke
depan dan menemukan sesuatu yang baru yang akan merubah keadaan ke arah yang
lebih baik.
Pendidikan
memiliki banyak pengaruh dan mempunyai banyak manfaat atau peranan dalam
kehidupan sehari-hari. Di antaranya yaitu :
1. Peranan
pendidikan terbuka dalam mempersiapkan sdm berkualitas.
2. Peranan pendidikan nasional dalam pembangunan karakter bangsa.
3. Peranan pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia
4. Peranan pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial
5.
Peranan
pendidikan memotong rantai kemiskinan
6. Peran pendidikan di era globalisasi
3.2.
Saran
Dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat pada para pembaca. Terlepas dari
sudah selesainya makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saranyang
membangun diri pembaca untuk sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
[2]
Tilaar, Pendidikan
Kebudayaan Dan Masyarakat Madani Indonesia, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000),cetII,hal.47
[3]
Nasution, Sosialisasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,
1999),cet II, hal.95
[4]
Nasution,...hal.148
[5]
Abu Ahmadi,...hal.235
[6]
Tilaar,...hal.52
[7]
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2007),cet,IV,hal.6
[8]
Soefyanto, Tantangan Kehidupan Beragama Semakin Berat,( Jakarta
: Humas Depag, 2005)hal.25
[9]
http://www.damandiri.or.id/file/buku/seri2bab3.pdf,
di akses 26 Desember 2010.
[10]
http://hadirwong.blogspot.com/2009/12/peran-pendidikan-di-era-globalisasi.html, di akses 26 Desember 2010.
1 komentar:
izin copy ya mbak...... terimakasih
Posting Komentar