topbella

Minggu, 07 April 2013

Makalah dasar2 kependidikan : PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Dalam seumur hidupnya, setiap individu mengalami perkembangan kepribadian  yang mencakup perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional, dan juga mengalami tahap-tahap perkembangan yang meliput, masa balita, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, mada dewasa dan masa tua.
            Pendidikan memiliki peranan yang penting bagi setiap individu dalam setiap tahap-tahap perkembangannya, mulai dari lahir hingga masa tua, apalagi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, makan pendidikan sangat penting. Manusia yang tidak berpendidikan akan jauh berbeda di bandingkan manusia berpendidikan, contoh nya saja dari segi moral, kita bisa mengetahui bagaimana pendidikannya apalagi ilmu pengetahuannya.
            Menyadari pentingnya pendidikan dalam setiap tahap-tahap perkembangan kita, maka tidak bisa kita pungkiri bahwa pendidikan yang kita dapatkan melalui pendidikan sekolah saja tidaklah cukup. Pendidikan tidaklah berakhir setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi sebuah proses yang berlangsung seumur hidup.
            Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan hidup manusia.[1]
            Oleh karena itu perlu kejelasan tentang pendidikan seumur hidup, di antaranya konsep pendidikan seumur hidup, pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif, dasar, tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup, eksisitensi pendidikan seumur hidup serta srategi pendidikan seumur hidup.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja konsep pendidikan seumur hidup?
2.      Apa saja perspektif tentang pendidikan seumur hidup?
3.      Apa saja dasar, tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup?
4.      Apa saja eksisitensi pendidikan seumur hidup?
5.      Apa strategi pendidikan seumur hidup?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Dapat memahami konsep pendidikan seumur hidup
2.      Dapat mengetahui pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif.
3.      Dapat memahami dasar, tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup.
4.      Dapat memahami eksisitensi pendidikan seumur hidup.
5.      Dapat mengetahui strategi pendidikan seumur hidup.

 

BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Dalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.[2]
Hal ini berarti bahwa setiap manusia diharapkan supaya selalu berkembang sepanjang  hidup dan di lain pihak masyarakta dan pemerintah diharapka agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus (kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia.
Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional :      
1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang).
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.[3]
Konsepsi manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.   

Dalam konsep pendidikan seumur hidup pendidikan sekolah, pendidikan kuar sekolah yang dilembagakan, dan yang tidak dilembagakan saling mengisi dan saling memperkuat.
Philip H. Coombs mengklasifikasikanpendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan), pendidikan formal (pendidikan sekolah) dan pendidikan non-formal (pendidikan luar sekolah yang dilembagakan).[4]

1)   Pendidikan Luar Sekolah yang Tidak Dilembagakan
Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorng dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga,tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.
Walaupun demikian, pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan seseorang, karena dalam kebanyakan masyarakat pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan berperan penting melalui keluarga, masyarakat dan pengusaha.

2)   Pendidikan sekolah
Pendidikan sekolah adalah pendidikan di sekolahyang teratur, sistematis, mempunyai jenjang yang di bagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Akan tetapi, saat ini sekolah bukan satu-satunya tempat bagi setiap oranguntuk belajar. Namun kita menyadari bahwa sekolah merupakan tempat dan periode yang sangat strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang dalam menghadapi masa depannya.

3)   Pendidikan Luar Sekolah yang Dilembagakan
Pendidikan luar seklolah yang dilembagakan adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan.
Bagi masyarakat Indonesia, yang masih banyak dipengaruhi oleh proses balajar tradisional, pendidikan luar sekolah yang dilembagakan akan merupakan cara yang mudah sesuai dengan daya tangkap rakyat, dan mendorong  rakyat menjadi belajar, sebab  pemberian pendidikan tersebut dapat  disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kebutuhan para peserta didik.
Calon peserta didik (raw-input) pendidikan luar sekolah yang dilembagakan yaitu :
a.       Pendidikan usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan / kesempatan memasuki sekolah.
b.      Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
c.       Peserta didik yang putur sekolah (drop-out), baik dari pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
d.      Peserta didik yang telah lulus satu sistem pendidikan sekolah, tetapi tidak dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
e.       Orang yang telah bekerja, tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Jadi pendidikan luar sekolah yang dilembagakan dapat memperkuat pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan.

2.2  Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif

1.    Tinjauan Ideologis
Pada dasarnya semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
2.    TinjauanSosiologis
Pada umumnya di Negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal. Dengan demikian pendidikan seumur hidup kepada orang tualah yang menjadi solusi dari masalah tersebut.
3.    Tinjauan Filosofis
Di negara-negara demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari pentingnya hak mrmilih dan memahami fungsi perintah DPR, MPR dan sebagainya karenanya pendidikan kewerganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang atau masyarakat.
4.    Tinjauan Tekhnologi
Di era globalisasi seperti sekarang ini tampaknya dunis di landa oleh eksplosi / ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5.    Tinjauan Psikologis dan Pedagogis
Dalam kerangka ini pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
6.    Tinjuaan Ekonomi
    Di negara yang sedang berkembang, sebagian besar penduduk dalam keadaan buta huruf dan kurang pendidikan. Bahkan sebagian yang telah berpendidikan tidak mendapat kesempatan untuk meningkatkan pendidikan sesuai dengan kemajuan zaman. Cara yang paling efektif untuk keluar dari lingkaran setan kemelaratan yang menyebabkan kebodohan dan kebodohan yang menyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan.
7.    Tinjauan Politik
     Pemerataan demokrasi dan hak pilih dalam rangka pemerintahan yang demikian, menuntut kedewasaan warga dalam kehidupan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan menjadi makin lama makin penting dan ini menjadi tugas pendidikan dalam rangka pendidikan seumur hidup.

2.3  Dasar, Tujuan dan Implikasi Pendidikan Seumur Hidup
A.  Dasar-dasar
1)   Dasar-dasar Filosofis
Secara filosofis (filsafah manusia) hakikat kodrat manusia merupakan kesatuan integralsegi-segi / potensi-potensi (esensial) :
v Manusia sebagai makhluk pribadi (individual being)
v Manusia sebagai makhluh sosoal (social being)
v Manusia sebagai makhluk susila (moral being)[5]
Ketiga esensial ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral (bulat dan utuh) yang dimiliki setiap manusia. Ketiganya menentukan martabat dan kepribadian manusia. Artinya bagaimana individu itu merealisasikan potensi-potensi tersebut secara optimaldan berkeseimbangan, itulah wujud kepribadiannya.

2)   Dasar-dasar Psikologisnya
Yang dimaksud dasar-dasar psikologis ialah dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia.[6] Realitas psikofisis manusia menunjukan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara :
·      Potensi-potensi dan kesadaran rohanian baik segi pikir, rasa, karsa, cipta,      maupun bubi-nurani
·      Potensi-potensi dan kesadaran jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara fisiologis bekerjasama dengan sistem saraf dan kejiwaan
·      Potensi-potensi psikofisis ini juga berada di dalam suatu lingkungan hidupnya baik alamiah (fisik) maupun sosial-budaya (manusia dan nilai-nilai)

3)   Dasar-dasar  Sosial Budaya
Meskipun manusia adalah makhlik ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari umat manusia dan alam semesta, namun manusia Indonesia terbina pula oleh tata nilai sosial budayanya sendiri.
Dimensi sosial budaya itu mencakup :
a.    Tata nilai warisan budaya bangsa yang menjadi filsafah hidup rakyatnya seperti nilai ketuhanan, kekeluargaan, musyawarah, mufakat, gotong royong dan tenggang rasa.
b.    Nilai-nilai filsafah negaranya, yakni Pancasila.
c.    Nilai-nilai budaya dan tradisi bangsanya.
d.   Tata kelembagaan dalam hidup bermasyarakat dan kenegaraan baik yang non-formal maupun formal.

B.  Tujuan
1.      Untuk mengembangkan  potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodratdan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaan seoptimal mungkin.
2.      Berlangsung selama manusia hidup seirama dengan pertumbuhan kepribadian manusia yang bersifat dinamis.

C.  Implikasi
1.         Pengertian implikasi
Yaitu akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Jadi sesuatu yang merupakan tindak lanjut dari suatu kebijakan dan keputusan.[7]
2.         Segi-segi implikasi
a.         Manusia seutuhnya sebagai subjek didik atau sasaran didik
b.         Proses berlangsungnya pendidikan, yakni waktunya seumur hidup manusia.
3.         Materi didikannya
Dengan mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu maka dapatlah dikembangkan wujud manusia seutuhnya dengan membina dan mengembangkan sikap hidup :
a.    Potensi jasmani dan panca indra
Dengan mengembangkan sikap hidup : sehat, memelihara gizi makanan, olahraga teratur, istirahat yang cukup, linhkungan hidup bersih.
b.    Potensi pikir (rasional)
Dengan mengembangkan kecerdasan, suka membaca, balajar ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir yang kritis dan objektif.
c.    Potensi perasaan
1)        Perasaan yang peka dan halus dalam segi moral dan kemanusiaan dengan menghayati tata nilai ketuhanan, kemanusiaan, sosial budaya, filsafah.
2)        Perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagaiseginya.
d.   Potensi karsa atau kemauan yang keras dengan mengembangkan sikap rajin belajar / bekerja, ulet, tabah menghadapi semua tantangan
e.    Potensi cipta dengan mengembangakan daya kreasi dan imajnasi.
f.     Potensi karya, semuanya di harapkan dilksanakan secara operasional.
g.    Potensi budi nurani : Ketuhanan dan keagamaan, yakni keadaan moral yang meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi manusia berbudi luhur dan bertaqwa.

4.      Implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan.
Ilmu pendidikan, dikelompokkan menjadi beberapa kategori berikut :
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh ananda W. P. Guruge dalam bukunya To Ward Better Education Managemen,[8] dalam buku dasar-dasar :
a)      Pendidikan baca tulis fungsional.
Memang sulit untuk membuktikan peranan  melek uiruf fungsional, terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi  terhadap kehidupan rakyat jelata, misalnya para petani, disebabkan oleh karena pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan baru itu dapat diperoleh terutama melalui bahan bacaan.
b)      Pendidikan vokasional.
Pendidikan vokasional adalah sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non formal, sebab itu program pendidikan yang bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai. Dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasional itu tetap dilaksanakan secara kontinue.

c)      Pendidikan profesional.
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup,dalam kiat-kiat profesi telah tercipta Built in Mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi dan sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.


d)   Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
Diakui bahwa diera globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinue (lifelong education).
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup.

e)    Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Disamping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat. Yang semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun pemimpin pemerintahan di Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinue dalam koteks ini merupakan konsekuensinya.

f)    Pendidikan cultural dan pengisian waktu senggang
Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif sebagai bagian konsep long life education. Dengan cara ini waktu senggang dapat dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan seumur hidup dapat berjalan menyenangkan.

2.4  Eksistensi Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan sepanjang hayat (life long education) dalam prakteknya, sudah dilaksanakan oleh manusia sejak manusia ada di dunia ini. Namun secara konsepsional life long education  merupakan suatu konsep baru dalam pendidikan. Secara konsepsional dan kesadaran akan segala konsekuensinya baru dirasakan dan disadari pada dekade akhir enam puluhan.
Menurut konsep life long education, pendidikan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Pendidikan akan selalu berlangsung dalam totalitas kehidupan, di dalam keluarga, suku bangsa, melalui agama, mesjid, gereja, sekolah formal, organiasi-organisasi kerja,organisasi pemuda, membaca buku, mndengarkan radio dll.
Pada abad ke-19, sekolah merupakan suatu lembaga formal yang diperuntukkan bagi anak-anak, yang harus taat pada disiplin dan ketentuan-ketentuan yang sangat ketat dan kaku. Sekolah merupakan suatu keharusan dan dianggap sebagai penyebab utama kemajuan masyarakat dan industri yang sangat cepat.[9]
Menurut Hummel pada waktu itu kehidupan kehidupan seseorang dibagi pada tiga periode yang terpisah satu sama lainnya, yairu : (1) sekolah dan belajar, (2) kehidupan yang aktif dan (3) usia lanjut.[10]

2.5 Strategi Pendidikan Seumur Hidup
            Ada strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup menurut  Prof. Soelaiman  Joesoef,[11] yaitu :
a.        Konsep-konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup
1)      Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri.
Diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan  pengalaman-pengalaman pendidkan. Yang berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia.
2)      Konsep belajar seumur hidup
         Berarti pelajar belajar karena respons terhadap keinginan yang di dasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membatu belajar.
3)      Konsep pelajar seumur hidup
         Yang dimaksudkan adalah orang-orang yang menyadari dirinya adalah pelajar seumur hidup, dengan belajar dengan cara logis untuk bisa menghadapi dan mengatasi semua tantangan dalam hidupnya.
4)      Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
         Kurikulum didesain sedemikian rupa supaya bisa menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.
b.        Arah Pendidikan Seumur Hidup
Umumnya di arahkan  pada orang dewasa dan anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang sangat di butuhkan dalam hidupnya.
1.      Pendidikan seumur hidup pada orang dewasa.
Membutuhkn pendidikan seumur hidup ini dalam rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan tuntutan hidup mereka sepanjang masa.
2.      Pendidikan seumur hidup bagi anak-anak
Merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan pemenuhan karena anak akan menjadi tempat awal bagi orang dewasa nantinya dengan segi kelebihan dan kekurangan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. proses pendidikan seumur hidup berlangsung secara kontinue, dan tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal, proses belajar seumur hidup tidak hanya dilakukan seorang yang terpelajar tetapi semua lapisan masyarakat bisa melaksanakanya.
Penerapan cara berfikir menurut azas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik bagaimana caranya belajar, peranan guru terutama adalah sebagai motifator, stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalm hal belajar, sekolah adalah pusat kegiatan belajar masyarakat sekitar. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pandidikan seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.
3.2 Saran
            Demikianlah makalah ini penulis uraikan, di harapkan dengan adanya pembahasan makalah  ini, masyarakat lebih menyadari betapa pentingnya pendidikan, dan kita sebagai mahasiswa bisa lebih giat belajar dan juga menyadari bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung pada jenjang perkuliahan namun pendidikan itu berlangsung seumur hidup kita.





DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005
Joesuf, Soelaiman, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara,
      1999
Salam, Burhanuddin, Pengantar Pedagogik, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002
Mudyaharja, Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
        2002


[1] Redja Mudyaharja,Pengantar Pendidikan,(Jakarta:PT Raja  Graffindo Persada,2001),hal.169
[2]Hasbullah,Dasar-Dasat Ilmu Pendidikan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2005),hal.40
[3]Burhannuddin Salam,Pengantar Pedagogik,(Jakarta:Rineka Cipta,2002),cet. I, hal.205
[4]Hasbullah...,hal.41
[5]Burhannudin Salam...,hal.212
[6] Burhannudin Salam...,hal.212
[7] Burhannudin Salam...,hal.215
[8] Soelaiman Joesoef,Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah,(Jakarta:Bumi Aksara,1999),cet.II,hal.29
[9] Burhannudin Salam...,hal.217
[10] Burhannudin Salam...,hal.218
[11] Soelaiman Joesuf...,hal.35

0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

fitrirahmiku.blogspot.com
Lihat profil lengkapku