BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
seumur hidupnya, setiap individu mengalami perkembangan kepribadian yang mencakup perkembangan fisik, mental,
sosial, dan emosional, dan juga mengalami tahap-tahap perkembangan yang
meliput, masa balita, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, mada dewasa dan
masa tua.
Pendidikan
memiliki peranan yang penting bagi setiap individu dalam setiap tahap-tahap
perkembangannya, mulai dari lahir hingga masa tua, apalagi seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, makan
pendidikan sangat penting. Manusia yang tidak berpendidikan akan jauh berbeda
di bandingkan manusia berpendidikan, contoh nya saja dari segi moral, kita bisa
mengetahui bagaimana pendidikannya apalagi ilmu pengetahuannya.
Menyadari
pentingnya pendidikan dalam setiap tahap-tahap perkembangan kita, maka tidak
bisa kita pungkiri bahwa pendidikan yang kita dapatkan melalui pendidikan
sekolah saja tidaklah cukup. Pendidikan tidaklah berakhir setelah berakhirnya
masa sekolah, tetapi sebuah proses yang berlangsung seumur hidup.
Pendidikan
seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep yang menerangkan keseluruhan
peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam
keseluruhan hidup manusia.[1]
Oleh
karena itu perlu kejelasan tentang pendidikan seumur hidup, di antaranya konsep
pendidikan seumur hidup, pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif,
dasar, tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup, eksisitensi pendidikan
seumur hidup serta srategi pendidikan seumur hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep
pendidikan seumur hidup?
2. Apa saja perspektif
tentang pendidikan seumur hidup?
3. Apa saja dasar,
tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup?
4. Apa saja eksisitensi
pendidikan seumur hidup?
5. Apa strategi
pendidikan seumur hidup?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami konsep
pendidikan seumur hidup
2. Dapat mengetahui
pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif.
3. Dapat memahami dasar,
tujuan dan implikasi pendidikan seumur hidup.
4. Dapat memahami
eksisitensi pendidikan seumur hidup.
5. Dapat mengetahui
strategi pendidikan seumur hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Dalam
GBHN 1978 dinyatakan bahwa “pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena
itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah.[2]
Hal ini berarti bahwa setiap manusia diharapkan supaya selalu
berkembang sepanjang hidup dan di lain
pihak masyarakta dan pemerintah diharapka agar dapat menciptakan situasi yang
menantang untuk belajar.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa
pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus (kontinu) dari bayi sampai
meninggal dunia.
Secara yuridis
formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No.
IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan
nasional :
1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang).
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.[3]
1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang).
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.[3]
Konsepsi
manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional
(UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam konsep pendidikan seumur hidup pendidikan sekolah, pendidikan
kuar sekolah yang dilembagakan, dan yang tidak dilembagakan saling mengisi dan
saling memperkuat.
Philip H. Coombs mengklasifikasikanpendidikan ke dalam tiga bagian,
yaitu pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan),
pendidikan formal (pendidikan sekolah) dan pendidikan non-formal (pendidikan
luar sekolah yang dilembagakan).[4]
1)
Pendidikan Luar Sekolah yang Tidak Dilembagakan
Pendidikan luar
sekolah yang tidak dilembagakan adalah proses pendidikan yang diperoleh
seseorng dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada
umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati,
seperti di dalam keluarga,tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam
pergaulan sehari-hari.
Walaupun
demikian, pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan seseorang, karena dalam
kebanyakan masyarakat pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan berperan
penting melalui keluarga, masyarakat dan pengusaha.
2)
Pendidikan sekolah
Pendidikan
sekolah adalah pendidikan di sekolahyang teratur, sistematis, mempunyai jenjang
yang di bagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi.
Akan tetapi,
saat ini sekolah bukan satu-satunya tempat bagi setiap oranguntuk belajar.
Namun kita menyadari bahwa sekolah merupakan tempat dan periode yang sangat
strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang dalam
menghadapi masa depannya.
3)
Pendidikan Luar Sekolah yang Dilembagakan
Pendidikan luar
seklolah yang dilembagakan adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan
dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan.
Bagi masyarakat
Indonesia, yang masih banyak dipengaruhi oleh proses balajar tradisional,
pendidikan luar sekolah yang dilembagakan akan merupakan cara yang mudah sesuai
dengan daya tangkap rakyat, dan mendorong
rakyat menjadi belajar, sebab
pemberian pendidikan tersebut dapat
disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kebutuhan para peserta didik.
Calon peserta
didik (raw-input) pendidikan luar sekolah yang dilembagakan yaitu :
a.
Pendidikan usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan /
kesempatan memasuki sekolah.
b.
Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
c.
Peserta didik yang putur sekolah (drop-out), baik dari pendidikan
dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
d.
Peserta didik yang telah lulus satu sistem pendidikan sekolah,
tetapi tidak dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
e.
Orang yang telah bekerja, tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Jadi pendidikan
luar sekolah yang dilembagakan dapat memperkuat pendidikan luar sekolah yang
tidak dilembagakan.
2.2
Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif
1. Tinjauan
Ideologis
Pada dasarnya semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Pada dasarnya semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
2. TinjauanSosiologis
Pada umumnya di Negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal. Dengan demikian pendidikan seumur hidup kepada orang tualah yang menjadi solusi dari masalah tersebut.
Pada umumnya di Negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal. Dengan demikian pendidikan seumur hidup kepada orang tualah yang menjadi solusi dari masalah tersebut.
3. Tinjauan
Filosofis
Di negara-negara demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari
pentingnya hak mrmilih dan memahami fungsi perintah DPR, MPR dan sebagainya
karenanya pendidikan kewerganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang atau
masyarakat.
4. Tinjauan
Tekhnologi
Di era
globalisasi seperti sekarang ini tampaknya dunis di landa oleh eksplosi /
ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5.
Tinjauan Psikologis dan Pedagogis
Dalam kerangka ini pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
Dalam kerangka ini pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
6.
Tinjuaan Ekonomi
Di negara yang sedang berkembang, sebagian
besar penduduk dalam keadaan buta huruf dan kurang pendidikan. Bahkan sebagian
yang telah berpendidikan tidak mendapat kesempatan untuk meningkatkan
pendidikan sesuai dengan kemajuan zaman. Cara yang paling efektif untuk keluar
dari lingkaran setan kemelaratan yang menyebabkan kebodohan dan kebodohan yang
menyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan.
7.
Tinjauan Politik
Pemerataan demokrasi dan hak pilih dalam
rangka pemerintahan yang demikian, menuntut kedewasaan warga dalam kehidupan
bernegara. Pendidikan kewarganegaraan menjadi makin lama makin penting dan ini
menjadi tugas pendidikan dalam rangka pendidikan seumur hidup.
2.3
Dasar, Tujuan dan Implikasi Pendidikan Seumur Hidup
A.
Dasar-dasar
1)
Dasar-dasar Filosofis
Secara
filosofis (filsafah manusia) hakikat kodrat manusia merupakan kesatuan
integralsegi-segi / potensi-potensi (esensial) :
v Manusia sebagai
makhluk pribadi (individual being)
v Manusia sebagai
makhluh sosoal (social being)
v Manusia sebagai
makhluk susila (moral being)[5]
Ketiga esensial
ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral (bulat dan utuh) yang
dimiliki setiap manusia. Ketiganya menentukan martabat dan kepribadian manusia.
Artinya bagaimana individu itu merealisasikan potensi-potensi tersebut secara
optimaldan berkeseimbangan, itulah wujud kepribadiannya.
2)
Dasar-dasar Psikologisnya
Yang dimaksud
dasar-dasar psikologis ialah dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia.[6]
Realitas psikofisis manusia menunjukan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan
antara :
· Potensi-potensi
dan kesadaran rohanian baik segi pikir, rasa, karsa, cipta, maupun bubi-nurani
· Potensi-potensi
dan kesadaran jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal
yang secara fisiologis bekerjasama dengan sistem saraf dan kejiwaan
· Potensi-potensi
psikofisis ini juga berada di dalam suatu lingkungan hidupnya baik alamiah
(fisik) maupun sosial-budaya (manusia dan nilai-nilai)
3)
Dasar-dasar Sosial Budaya
Meskipun
manusia adalah makhlik ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari umat manusia
dan alam semesta, namun manusia Indonesia terbina pula oleh tata nilai sosial
budayanya sendiri.
Dimensi sosial budaya itu mencakup :
a.
Tata nilai warisan budaya bangsa yang menjadi filsafah hidup
rakyatnya seperti nilai ketuhanan, kekeluargaan, musyawarah, mufakat, gotong
royong dan tenggang rasa.
b.
Nilai-nilai filsafah negaranya, yakni Pancasila.
c.
Nilai-nilai budaya dan tradisi bangsanya.
d.
Tata kelembagaan dalam hidup bermasyarakat dan kenegaraan baik yang
non-formal maupun formal.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengembangkan potensi
kepribadian manusia sesuai dengan kodratdan hakikatnya, yakni seluruh aspek
pembawaan seoptimal mungkin.
2.
Berlangsung selama manusia hidup seirama dengan pertumbuhan
kepribadian manusia yang bersifat dinamis.
C.
Implikasi
1.
Pengertian implikasi
Yaitu
akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Jadi sesuatu yang
merupakan tindak lanjut dari suatu kebijakan dan keputusan.[7]
2.
Segi-segi implikasi
a.
Manusia seutuhnya sebagai subjek didik atau sasaran didik
b.
Proses berlangsungnya pendidikan, yakni waktunya seumur hidup
manusia.
3.
Materi didikannya
Dengan
mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu maka dapatlah dikembangkan
wujud manusia seutuhnya dengan membina dan mengembangkan sikap hidup :
a.
Potensi jasmani dan panca indra
Dengan
mengembangkan sikap hidup : sehat, memelihara gizi makanan, olahraga teratur,
istirahat yang cukup, linhkungan hidup bersih.
b.
Potensi pikir (rasional)
Dengan
mengembangkan kecerdasan, suka membaca, balajar ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan minat, mengembangkan daya pikir yang kritis dan objektif.
c.
Potensi perasaan
1)
Perasaan yang peka dan halus dalam segi moral dan kemanusiaan dengan
menghayati tata nilai ketuhanan, kemanusiaan, sosial budaya, filsafah.
2)
Perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan
berbagaiseginya.
d.
Potensi karsa atau kemauan yang keras dengan mengembangkan sikap
rajin belajar / bekerja, ulet, tabah menghadapi semua tantangan
e.
Potensi cipta dengan mengembangakan daya kreasi dan imajnasi.
f.
Potensi karya, semuanya di harapkan dilksanakan secara operasional.
g.
Potensi budi nurani : Ketuhanan dan keagamaan, yakni keadaan moral
yang meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi manusia berbudi luhur dan
bertaqwa.
4.
Implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada program-program
pendidikan.
Ilmu pendidikan, dikelompokkan menjadi beberapa kategori berikut :
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh ananda W. P. Guruge dalam bukunya To Ward Better Education Managemen,[8] dalam buku dasar-dasar :
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh ananda W. P. Guruge dalam bukunya To Ward Better Education Managemen,[8] dalam buku dasar-dasar :
a)
Pendidikan baca tulis fungsional.
Memang sulit
untuk membuktikan peranan melek uiruf
fungsional, terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh
ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap
kehidupan rakyat jelata, misalnya para petani, disebabkan oleh karena
pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan baru itu dapat diperoleh
terutama melalui bahan bacaan.
b)
Pendidikan vokasional.
Pendidikan
vokasional adalah sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar
batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non formal, sebab itu
program pendidikan yang bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut
menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting
ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas
selesai. Dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasional itu tetap
dilaksanakan secara kontinue.
c)
Pendidikan profesional.
Sebagai
realisasi pendidikan seumur hidup,dalam kiat-kiat profesi telah tercipta Built
in Mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai
kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi dan
sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan
buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan tantangan buat mereka lebih
besar.
d)
Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
Diakui bahwa
diera globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan
IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara
masak yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa
luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang
berlangsung secara kontinue (lifelong education).
Pendidikan bagi
anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti
perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas
pendidikan seumur hidup.
e)
Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Disamping tuntutan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang
dimana pola pikir masyarakat. Yang semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa,
maupun pemimpin pemerintahan di Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan
seumur hidup yang bersifat kontinue dalam koteks ini merupakan konsekuensinya.
f)
Pendidikan cultural dan pengisian waktu senggang
Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara
konstruktif sebagai bagian konsep long life education. Dengan cara ini waktu
senggang dapat dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan
seumur hidup dapat berjalan menyenangkan.
2.4
Eksistensi Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan sepanjang hayat (life long education) dalam
prakteknya, sudah dilaksanakan oleh manusia sejak manusia ada di dunia ini.
Namun secara konsepsional life long education merupakan suatu konsep baru dalam pendidikan.
Secara konsepsional dan kesadaran akan segala konsekuensinya baru dirasakan dan
disadari pada dekade akhir enam puluhan.
Menurut konsep life long education, pendidikan tidak
terbatas oleh ruang dan waktu. Pendidikan akan selalu berlangsung dalam
totalitas kehidupan, di dalam keluarga, suku bangsa, melalui agama, mesjid,
gereja, sekolah formal, organiasi-organisasi kerja,organisasi pemuda, membaca
buku, mndengarkan radio dll.
Pada abad ke-19, sekolah merupakan suatu lembaga formal yang
diperuntukkan bagi anak-anak, yang harus taat pada disiplin dan
ketentuan-ketentuan yang sangat ketat dan kaku. Sekolah merupakan suatu
keharusan dan dianggap sebagai penyebab utama kemajuan masyarakat dan industri
yang sangat cepat.[9]
Menurut Hummel pada waktu itu kehidupan kehidupan seseorang dibagi
pada tiga periode yang terpisah satu sama lainnya, yairu : (1) sekolah dan
belajar, (2) kehidupan yang aktif dan (3) usia lanjut.[10]
2.5 Strategi
Pendidikan Seumur Hidup
Ada strategi dalam rangka pendidikan
seumur hidup menurut Prof.
Soelaiman Joesoef,[11]
yaitu :
a.
Konsep-konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup
1)
Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri.
Diartikan
sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidkan. Yang berarti
pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia.
2)
Konsep belajar seumur hidup
Berarti pelajar
belajar karena respons terhadap keinginan yang di dasari untuk belajar dan
angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membatu belajar.
3)
Konsep pelajar seumur hidup
Yang dimaksudkan
adalah orang-orang yang menyadari dirinya adalah pelajar seumur hidup, dengan
belajar dengan cara logis untuk bisa menghadapi dan mengatasi semua tantangan
dalam hidupnya.
4)
Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
Kurikulum didesain
sedemikian rupa supaya bisa menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara
berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.
Umumnya di
arahkan pada orang dewasa dan anak-anak
dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang sangat di
butuhkan dalam hidupnya.
1.
Pendidikan seumur hidup pada orang dewasa.
Membutuhkn
pendidikan seumur hidup ini dalam rangka pemenuhan “self interest” yang
merupakan tuntutan hidup mereka sepanjang masa.
2.
Pendidikan seumur hidup bagi anak-anak
Merupakan sisi
lain yang perlu memperoleh perhatian dan pemenuhan karena anak akan menjadi
tempat awal bagi orang dewasa nantinya dengan segi kelebihan dan kekurangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Pendidikan seumur
hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan
keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung
dalam keseluruhan kehidupan manusia. proses pendidikan seumur hidup berlangsung
secara kontinue, dan tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal,
proses belajar seumur hidup tidak hanya dilakukan seorang yang terpelajar
tetapi semua lapisan masyarakat bisa melaksanakanya.
Penerapan cara berfikir menurut azas pendidikan seumur hidup
itu akan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi sekolah, dimana
tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik bagaimana caranya
belajar, peranan guru terutama adalah sebagai motifator, stimulator dan
penunjuk jalan anak didik dalm hal belajar, sekolah adalah pusat kegiatan belajar
masyarakat sekitar. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pandidikan seumur
hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini penulis uraikan, di harapkan
dengan adanya pembahasan makalah ini, masyarakat
lebih menyadari betapa pentingnya pendidikan, dan kita sebagai mahasiswa bisa
lebih giat belajar dan juga menyadari bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung
pada jenjang perkuliahan namun pendidikan itu berlangsung seumur hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2005
Joesuf, Soelaiman, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta
: Bumi Aksara,
1999
Salam, Burhanuddin, Pengantar Pedagogik, Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2002
Mudyaharja, Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada,
2002
[1] Redja Mudyaharja,Pengantar Pendidikan,(Jakarta:PT Raja Graffindo Persada,2001),hal.169
[2]Hasbullah,Dasar-Dasat Ilmu Pendidikan,(Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2005),hal.40
[3]Burhannuddin Salam,Pengantar Pedagogik,(Jakarta:Rineka
Cipta,2002),cet. I, hal.205
[4]Hasbullah...,hal.41
[5]Burhannudin Salam...,hal.212
[6] Burhannudin Salam...,hal.212
[7] Burhannudin Salam...,hal.215
[8] Soelaiman Joesoef,Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah,(Jakarta:Bumi
Aksara,1999),cet.II,hal.29
[9] Burhannudin Salam...,hal.217
[10] Burhannudin Salam...,hal.218
[11] Soelaiman Joesuf...,hal.35
0 komentar:
Posting Komentar