BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Peradaban China sebenarnya
jauh lebih dahulu dari peradaban Romawi dan peradaban Yunani, tetapi tidak
lebih tua dari peradaban Mesir dan Mesopotamia. Peradaban China sudah di mulai
pada zaman Potomik, sedangkan Yunani dan Romawi baru pada zaman Thales.
Peradaban sepanjang sungai Yong Tse dan
Sungan Kuning boleh dikatakan hamper bersamaan tuanya dengan peradaban yang
terdapat di sepanjang Sungai Nil atau lembah antara Sungai Euphrat dan Sungai
Tiggris di Mesopotamia.
Karena kurangnya catatan dan
informasi yang otentik maka sedikit sekali diketahui tentang perkembangan
matematika Hindu Kuno. Dari penggalian-penggalian arkeologi di Mohenjodaro
dapat di ketahui bahwa kebudayaan India yang sudah cukup tinggi sudah di mulai
lebih dari 5000 tahun yang lampau , yakni hamper sama dengan zaman pembangunan
piramida di Mesir.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah
yang akan d kaji diantaranya:
1.
Bagaimanakah sejarah matematika di Cina?
2.
Siapa saja dan bagaimanakah ahli-ahli
matematika di Cina?
3.
Bagaimanakah sejarah matematika di India?
4.
Siapa dan bagaimanakah ahli-ahli matematika di
India?
1.3. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1)
Untuk memahami sejarah matematika di Cina.
2)
Untuh mengetahui dan memahami tokoh-tokoh
matematika di Cina.
3)
Untuk dapat menjelaskan sejarah matematika di
India.
4)
Memahami ahli-ahli matematika di India.
Adapun kegunaannya adalah:
1.
Menambah wawasan dan sebagai bahan bacaan.
2.
Memenuhi
tugas terstruktur mata kuliah Sejarah Matematika.
BAB II
PENBAHASAN
2.1 MATEMATIKA DI CHINA
Matematika
Cina permulaan adalah berlainan bila dibandingkan dengan yang berasal dari
belahan dunia lain, sehingga cukup masuk akal bila dianggap sebagai hasil
pengembangan yang mandiri. Tulisan
matematika yang dianggap tertua dari Cina adalah Chou Pei Suan Ching, berangka tahun antara 1200 SM sampai 100 SM, meskipun angka tahun
300 SM juga cukup masuk akal.
Hal
yang menjadi catatan khusus dari penggunaan matematika Cina adalah sistem
notasi posisional bilangan desimal, yang disebut pula "bilangan
batang" di mana sandi-sandi yang berbeda digunakan untuk bilangan-bilangan
antara 1 dan 10, dan sandi-sandi lainnya sebagai perpangkatan dari sepuluh.
Dengan demikian, bilangan 123 ditulis menggunakan lambang untuk "1",
diikuti oleh lambang untuk "100", kemudian lambang untuk
"2" diikuti lambang utnuk "10", diikuti oleh lambang untuk
"3". Cara seperti inilah yang menjadi sistem bilangan yang paling
canggih di dunia pada saat itu, mungkin digunakan beberapa abad sebelum periode
masehi dan tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan India.
Karya
tertua yang masih terawat mengenai geometri di Cina berasal dari peraturan kanonik filsafat Mohisme kira-kira tahun 330 SM, yang disusun oleh para pengikut Mozi (470–390 SM). Mo Jing menjelaskan berbagai aspek dari
banyak disiplin yang berkaitan dengan ilmu fisika, dan juga memberikan sedikit
kekayaan informasi matematika.
Setelah
pembakaran
buku pada tahun 212
SM, dinasti Han (202 SM–220 M) menghasilkan karya matematika yang barangkali
sebagai perluasan dari karya-karya yang kini sudah hilang. Yang terpenting dari
semua ini adalah Sembilan
Bab tentang Seni Matematika, judul lengkap yang muncul dari tahun 179 M, tetapi wujud sebagai
bagian di bawah judul yang berbeda. Ia terdiri dari 246 soal kata yang
melibatkan pertanian, perdagangan, pengerjaan geometri yang menggambarkan
rentang ketinggian dan perbandingan dimensi untuk menara pagoda Cina, teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga siku-siku dan π. Ia juga menggunakan prinsip Cavalieri tentang volume lebih dari seribu tahun sebelum Cavalieri
mengajukannya di Barat. Ia menciptakan bukti matematika untuk teorema Pythagoras, dan rumus matematika untuk eliminasi Gauss. Liu Hui memberikan komentarnya pada karya ini pada abad ke-3 M.[1]
2.2 AHLI-AHLI
MATEMATIKA DARI CINA
1. ZHANG HENG (78–139)
Sebagai tambahan,
karya-karya matematika dari astronom Han dan penemu Zhang H eng (78–139) memiliki
perumusan untuk pi juga, yang berbeda dari cara perhitungan yang dilakukan oleh
Liu Hui. Zhang Heng menggunakan rumus
pi-nya untuk menentukan volume bola. Juga terdapat karya tertulis dari
matematikawan dan teoriwan musik Jing Fang (78–37 SM); dengan menggunakan koma
Pythagoras, Jing mengamati bahwa 53 perlimaan sempurna menghampiri 31 oktaf.
Ini kemudian mengarah pada penemuan 53 temperamen sama, dan tidak pernah
dihitung dengan tepat di tempat lain hingga seorang Jerman, Nicholas Mercator
melakukannya pada abad ke-17.
Bangsa Cina juga membuat penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang
dikenal sebagai kotak ajaib dan lingkaran ajaib, dijelaskan di zaman kuno dan
disempurnakan oleh Yang Hui (1238–1398 M). Zu Chongzhi (abad ke-5)
dari Dinasti Selatan dan Utara menghitung nilai pi sampai tujuh tempat desimal,
yang bertahan menjadi nilai pi paling akurat selama hampir 1.000 tahun.
Bahkan setelah matematika Eropa mulai mencapai kecemerlangannya pada
masa Renaisans, matematika Eropa dan Cina adalah tradisi yang saling terpisah,
dengan menurunnya hasil matematika Cina secara signifikan, hingga para
misionaris Jesuit seperti Matteo Ricci membawa gagasan-gagasan matematika
kembali dan kemudian di antara dua kebudayaan dari abad ke-16 sampai abad
ke-18.[2]
2. TSU CH’UNG-CHIH DAN TSU KENG-CHIH
Tsu Ch’ung-Chih
adalah seorang ahli matematika dan astronomi dari China yang berkembang pada
abad 5. Dia merupakan ahli matematika dan astronomi yang terkemuka di China.
Tsu Ch’ung-Chih lahir di Jiankang tahun 429 SM (sekarang dikenal dengan
Nanking, provinsi Kiangsu). Dia meninggal tahun 501 SM di China. Namanya adalah
Zu Chongzhi, tetapi sering ditulis sebagai Tsu Ch’ung-Chih. Dia berasal dari
keluarga terkenal yang asalnya dari provinsi Hopeh yang berada di sebelah utara
China. Keluarga Zu adalah keluarga yang memiliki bakat yang luar biasa dengan
suksesnya generasi mereka di bidang astronomi sebagai ahli astronomi dengan
bagian yang utama di penanggalan. Keluarga Zu mempunyai keahlian di bidang
matematika dan astronomi karena menurun dari kakek dan ayahnya yang juga
merupakan pembantu pemerintahan resmi di dinasti Liu-Sung.
Tsu Ch’ung-Chih memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk
perhitungan kalender. Selain itu, dia juga menentukan berbagai ketetapan yang
luar biasa dengan tepat dan teliti. Contoh, dia membuat sebuah nilai yaitu
27,21223 hari dalam 1 bulan, dan kemudian diperbaharui menjadi 27,21222 hari
dalam satu bulan. Contoh lainnya, perhitungan satu tahun adalah 365,24281481
hari, yang mana ini sangat menutupi untuk 365,24219878 hari seperti kita tahu
hari ini. Dalam bidang matematika, Tsu Ch’ung-Chih adalah pemimpin yang tidak akan
pernah dilupakan. Keberhasilannya yang terkenal adalah penentuan nilai dari π.
Dia menyebutkan : 3,1415926 < π
sebuah hasil yang luar biasa tentang itu dapat menjelaskan bagian
yang lebih teliti. Penemuan itu merupakan hasil karyanya beserta Tsu Keng-Chih
anak lelakinya yang ditemukan kira-kira dua abad yang lalu. Selain itu, yang
nyata menarik perhatian adalah pendekatan 355/113 yang mana pi digunakan untuk
membenarkan 6 tempat desimal. Pendekatan nyata itu tidak ditemukan di Eropa
hingga tahun 1585. Ketelitian dari pi itu dicapai oleh Tsus yang sekiranya
tidak melebihi hingga tahun 1429, ketika ahli astronomi Jashid Al-Kashi dari
Samarkand menemukan pi yang membenarkan 16 tempat desimal. Sedangkan ahli
matematika dari barat tidak melebihi pendekatan Tsus hingga sekitar tahun 1600
SM.
Tsu Ch’ung-Chih juga memberikan dua sebab pendekatan untuk π : satu
buah kasar dari 22/7 dan satu buah denda dari 355/113. Hasil itu dapat
diketahui dari :
Jika a/b ≤ c/d
maka a/b ≤ (a+c)/(b+d) ≤ c/d
untuk a, b, c, d semua bulat. Maka kemudian diketahui bahwa :
3≤π≤22/7
jadi pendekatan π = 3,1415926 = (3x+22y) / (x+7y)
dimana y = 16x, pendekatannya jadi :
π = (3x+22×16x) / (x+7×16x)
= 355/113
Seperti diketahui dengan baik, oleh sebab itu, dahulu telah
diantisipasi oleh Archimedes di West. Tetapi sebab terakhir itu tidak diketahui
di Eropa hingga waktu itu Valentinus Otto dan Adriaan Anthoniszoon pada 1000
tahun yang lalu. Itu mungkin merupakan catatan bahwa nilai ini adalah benar
untuk tujuh bentuk arti.
Bilangan irasional pi dapat diperhitungkan untuk bilangan yang
tidak ditentukan tempat desimalnya. Itu merupakan penyebab dari keliling sebuah
lingkaran. Nilai dari pi diperhitungkan oleh Archimedes untuk tiga tempat
desimal dan Ptolemy untuk empat tempat desimal. Tetapi setelah itu, sejak tahun
1450 tidak lebih besar ketelitian dari yang diselesaikan di dunia bagian barat.
Meskipun demikian, orang China membuat langkah besar untuk ke depannya mengenai
penaksiran pi.
Ternyata mengetahui besaran π tidak membawa dampak yang berarti,
maka kemudian orang berusaha menentukan besaran π yang lebih akurat dengan
berjuang “lewat evolusi” dengan cara mencari bilangan di belakang koma
(desimal) yang paling banyak. Seperti halnya yang dilakukan oleh Tsu
Ch’ung-Chih mengenai evolusinya. Dalam pembicaraan umum, pendekatan orang China
untuk masalah ini sangat berbeda sekali dengan Archimedes. Dimana sebuah roda
dari sebuah evolusi yang kuat menurut Archimedes dan segi banyak yang teratur
potongannya menurut orang China.
3. ZU CHONGZHI
Dalam sejarah Tiongkok
banyak ahli matematika berupaya menghitung π. Sedangkan hasil yang dicapai Zu
Chongzhi pada abad ke-5 dapat dikatakan merupakan kemajuan dalam penghitungan
π. Zu Chongzhi lahir di kota Jiankang( kota Nanjing) pada tahun 429. sejak kecil
ia sangat cerdas dan suka pengetahuan di bidang matematika dan astronomi. Pada
tahun 464 ketiga ia berumur 35 tahun, Zu Chengzhi mulai menghitung π.
Dalam kehidupan sehari-hari rakyat Tiongkok mengetahui bahwa panjang
keliling lingkaran sama dengan tiga kali libat lebih diameter lingkaran.
Sebelum Zu Chongzhi, ahli matematika Tiongkok Liu Hui mengajukan cara ilmia
untuk menghitungkan π, dengan panjang keliling regular polygon dalam lingkaran
untuk mendekati panjang keliling lingkaran yang asli. Dengan cara ini Liu Hui
telah menghitungkan π sampai 4 angka dibelakang koma. Sedangkan melalui
penelitian Zu Chongzhi, π telah dihitungkan sampai 7 angka di belakang koma
yaitu diantara 3.1415926 dengan 3.1415927, dan memperoleh nilai mirip π dalam
bentuk bilangan pecahan.
Untuk memperingati hasil menonkol Zu Chongzhi, ahli sejarah matematika di luar negeri pernah mengusulkan menamakan π dengan tingkat Zu. Zu Chongzhi dan anaknya juga menyelesaikan penghitungan volume bola. Prinsip matematika itu dinamakan prinsip Zu. Sebelum abad ke-14, Tiongkok adalah negara yang relatif maju dalam bidang matematika.[3]
Untuk memperingati hasil menonkol Zu Chongzhi, ahli sejarah matematika di luar negeri pernah mengusulkan menamakan π dengan tingkat Zu. Zu Chongzhi dan anaknya juga menyelesaikan penghitungan volume bola. Prinsip matematika itu dinamakan prinsip Zu. Sebelum abad ke-14, Tiongkok adalah negara yang relatif maju dalam bidang matematika.[3]
4. QÍN SHǏ HUÁNG
Qin Shi Huang (November atau Desember 260 SM - 10
September 210 SM), dilahirkan dengan nama Ying Zheng, juga dipanggil Shi Huang Di yang artinya adalah Kaisar
Pertama, adalah raja dari Negara
Qin dari 247 SM sampai 221 SM, setelah mempersatukan Tiongkok dengan menaklukkan 6
negara lainnya, ia kemudian mendirikan Dinasti
Qin dan mengangkat diri
menjadi kaisar dari Tiongkok yang bersatu - dari 221 SM hingga 210 SM - bertakhta dengan sebutan Kaisar Pertama.
Setelah menyatukan Tiongkok, dia
dan perdana menterinya Li Si menciptakan berbagai perubahan yang ditujukan
untuk memperkuat persatuan, dan mereka menjalankan banyak reformasi dalam
pemerintahan, menyatukan tulisan baku, alat ukur standar dan juga meneruskan
pembangunan Tembok Besar yang sudah ada sejak Zaman Negara-negara Berperang.
Walaupun dengan kekuasaan tangan besi, Qin Shi Huang masih dianggap oleh
sejarah Tiongkok hingga sekarang sebagai pendiri Tiongkok masa lalu. Persatuan bangsa Tiongkok
telah berlangsung lebih dari dua ribu tahun.
Kaisar Pertama wafat saat melakukan ekspedisi
ke seluruh negeri. Perjalanan ini dilakukan untuk mengambil hati rakyat dan
para adipati serta pangeran dari negara-negara yang ditaklukannya. Di tengah
perjalanan ia bertemu kembali dengan Xu Fu, seorang yang diperintahkannya untuk mencari "obat
keabadian" atau disebut juga "obat
panjang umur". Untuk menghindari kemarahan sang kaisar, Xu
Fu berkelit dengan mengatakan bahwa perjalanan untuk mencari obat tersebut
sangat sulit, karena obat tersebut berada di puncak gunung sebuah pulau di
tengah lautan. Xu Fu berencana menghindar dari tugas kaisar tersebut dengan
mengatakan bahwa kaisar harus menangkap seekor ikan raksasa dahulu,
namun dengan berani kaisar berhasil memanah seekor ikan raksasa dan Xu Fu harus
menuruti tugas kaisar. Bagaimanapun juga Xu Fu yang telah memprediksi bahwa ia
tidak akan bisa menemukan obat keabadian dan jika ia pulang dengan tangan
hampa, maka kaisar pasti akan membunuhnya. Ia dengan senang hati menerima tugas
dari kaisar tersebut, dengan syarat kaisar menyertakan 500 pemuda - pemudi
dalam perjalanannya untuk dipersembahkan kepada dewa. Namun Xu Fu berlayar
untuk dan tidak pernah kembali. Diperkirakan Xu Fu mendarat di Jepang.
Kaisar wafat dan menginginkan putera pertama
bernama Fusu yang
menggantikannya . Namun pesan kaisar pertama tersebut tidak pernah sampai,
karena Zhao Gao, kasim kepercayan sekaligus penyampai pesan terakhir
kaisar pertama bersekongkol dengan Li Si untuk mengubah pesan kaisar pertama
menjadi mengangkat anak ke-26 kaisar pertama, Huhai menggantikan ayahnya dan menyuruh Fusu serta
Jenderal Meng Tian bunuh diri dengan tuduhan melakukan pemberontakan. Zhao Gao
melakukan hal ini karena ia ingin mempertahankan kedudukannya, karena ia kan
dicopot dari jabatannya jika ketahuan suka menjilat dan korup oleh Fusu,
sedangkan Lisi karena ia pernah berseteru dengan Fusu saat menangani masalah
cendekiawan aliran Konfusius.[4]
2.3 MATEMATIKA
DI INDIA
Peradaban
terdini anak benua India adalah Peradaban Lembah Indus yang mengemuka di antara tahun 2600 dan 1900 SM di daerah aliran Sungai
Indus. Kota-kota
mereka teratur secara geometris, tetapi dokumen matematika yang masih terawat
dari peradaban ini belum ditemukan.
Matematika
Vedanta dimulakan di India sejak Zaman Besi. Shatapatha Brahmana (kira-kira abad ke-9 SM), menghampiri nilai π, dan Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM) yang merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan irasional, bilangan
prima, aturan
tiga dan akar kubik; menghitung akar
kuadrat dari 2 sampai
sebagian dari seratus ribuan; membe rikan metode konstruksi lingkaran yang
luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan
linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
2.4 AHLI-AHLI MATEMATIKA DI INDIA
1. PANINI (abad ke- 5 sm)
Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa
Sanskerta. Notasi yang
dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan
meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam risalahnya prosody menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika meter bersesuaian dengan versi dasar dari teorema
binomial. Karya Pingala
juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci (yang disebut mātrāmeru).
2. SURYA SIDDANTA (abad
ke- 400 sm)
Surya
Siddhanta
(kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan
gerak sejati benda-benda langit, yang bersesuaian dengan posisi mereka
sebenarnya di langit. Daur waktu kosmologi dijelaskan di dalam tulisan itu,
yang merupakan salinan dari karya terdahulu, bersesuaian dengan rata-rata tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih panjang daripada
nilai modern sebesar 365,25636305 hari. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab dan bahasa
Latin pada Zaman Pertengahan.
Surya
Siddhanta adalah salah
satu buku astronomi terawal India, meskipun karya tersebut dalam bentuk yang
kita kenal sekarang berasal dari sekitar setelah tahun 400 M. Dalam Siddhanta
terdapat peraturan-peraturan yang menjelaskan pergerakan benda-benda angkasa
yang sesuai dengan letak asli mereka di langit. Tidak diketahui siapa penulis Siddhanta
atau kapan buku ini pertama kali disusun, namun umumnya versi-versi yang
ditemukan berasal dari sekitar abad ke-4. Matematikawan dan astronom India dari
periode-periode selanjutnya, misalnya Aryabhata merujuk kepada naskah ini,
sementara terjemahan-terjemahan dalam bahasa Arab dan Latin kelak menjadi
berpengaruh di Timur Tengah dan Eropa.[5]
3. ARYBHATA (abad ke-499)
Ia yang hidup pada
tahun 475 – 550
A.D, adalah ahli matematika Hindu pertama yang dikenal dunia. Risalah atau
tulisannya mengenai subyek ini adalah karya Hindu yang pertama mengenai
matematika murni, dan terdiri dari tiga-puluh-tiga sloka. Ia menjelaskan
mengenai sebab-sebab gerhana matahari dan bulan.
Dia
memberikan peraturan (rule) untuk pemecahan sederhana dari persamaan sederhana
lanjutan (simple intermediate equations) dan penetapan yang tepat mengenai
nilai (accurate determination of value). Percaya tau tidak, Aryabhata
menyatakan hubungan keliling sebuah lingkaran pada diameternya (relation of the
circumperence of a circle to its diameter).
Aryabhata, pada tahun 499, memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik dan algoritma aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, dan memperoleh solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear
oleh sebuah metode yang setara dengan metode modern, bersama-sama dengan
perhitungan [astronomi] yang akurat berdasarkan sistem heliosentris gravitasi. Sebuah terjemahan bahasa
Arab dari karyanya Aryabhatiya
tersedia sejak abad ke-8, diikuti oleh terjemahan bahasa Latin pada abad ke-13.
Dia juga memberikan nilai π yang bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416.[6]
4. BRAHMA GUPTA
Ahli
matematika besar Hindu berikutnya adalah Brahma Gupta, yang hidup dari tahun
598 sampai 660 A.D. Karyanya dikenal sebagai Brahma-Siddhanta dan ini terdiri
dari dalil dan peraturan (theorem and rules). Setelah Brahma Gupta, ahli
matematika bessar berikutnya adalah Lalla yang dalam tahun 748 menulis buku
tipis mengenai teori matematika. Mahawira, yang hidup dalam tahun 850 A.D,
membahas persamaan kwadrat (quadratic equations).
Pada tahun 628 Brahma gupta menulis sebuah buku berjudul “BRAHMA
GUPTA SIDANTA” perbaikan system brahma ,dimana dua bab yaitu bab 12 dan 18
berhubungan dengan matematika yaitu terdapat teorema-teorema yang sudah diakui
sebaai teorema yang benar. Namun ada pendapat beberapa ahli mengatakan
bahwasanya teorema brahma gupta tidak benar.disamping itu terdapat pula
teorema-teorema brahma gupta yang eksak
yatu dengan memanfaatkan rumus-rumus Archimedes Heron,untuk menentukan
jari-jari lingkaran luar suatu segitiga.misalnya, brahma gupta memberikan rumus
yang ekivalen dengan rumus trigonometri yang kita pakai sekarang yakni,
2R= a/sin A= b/sin B =c/sinC
Yang merupakan formulasi kembali dari hasil
karya ptolami barangkali hasil yang paling menarik dari brahma gupta adalah
menggeneraisasikan dari rumus beron untuk menentukan luas segi empat yakni ,
K=V (s-a)(s-b)(s-c)(s-d)
Dimana a,b,c dan d sisi segiempat dan s
setengah keliling lingkaran. Sebenarnya rumus ini hanya berlaku untuk segiempat
lingkaran saja,sedangkan untuk segiempat sembarang rumusnya adalah,
K=V
(s-a)(s-b)(s-c)(s-d)-abcd cos2 (A+C)/2
Dimana
A dan C adalah jumlah pasangan sudut-sudut yang berhadapan.[7]
5. MĀDHAVA
Mādhava
dari Sangamagrama (lahir dengan nama Irinjaatappilly Madhavan Namboodiri) (c.
1350 – c. 1425) adalah matematikawan dan astronom India dari kota Irinjalakkuda
(dekat Cochin, Kerala, India). Ia merupakan pendiri sekolah astronomi dan
matematika Kerala. Mādhava dianggap sebagai salah satu matematikawan-astronom
terbesar pada abad pertengahan, dan telah menyumbangkan kontribusi dalam deret
takhingga, kalkulus, trigonometri, geometri dan aljabar.
Karya
Madhava diduga dikirim ke Eropa melalui misionaris-misionaris Yesuit dan
pedagang yang aktif disekitar pelabuhan Kochi, sehingga memberikan pengaruh
terhadap perkembangan kalkulus di Eropa.
Karya madhava yang memberikan suatu urutan untuk π diterjemahkan kedalam
bahasa matematika modern,dibaca
Πr =4r –(4r)/3+(4r)/s
Pada
abad ke-14, Madhava dari Sangamagrama menemukan rumus Leibniz untuk
pi, dan,
menggunakan 21 suku, untuk menghitung nilai π sebagai berikut 3,14159265359.[8]
BAB III
PENUTUP
1.4. Kesimpulan
Hal
yang menjadi catatan khusus dari penggunaan matematika Cina adalah sistem
notasi posisional bilangan desimal, yang disebut pula "bilangan
batang" di mana sandi-sandi yang berbeda digunakan untuk bilangan-bilangan
antara 1 dan 10, dan sandi-sandi lainnya sebagai perpangkatan dari sepuluh.
Dengan demikian, bilangan 123 ditulis menggunakan lambang untuk "1",
diikuti oleh lambang untuk "100", kemudian lambang untuk
"2" diikuti lambang utnuk "10", diikuti oleh lambang untuk
"3". Cara seperti inilah yang menjadi sistem bilangan yang paling
canggih di dunia pada saat itu, mungkin digunakan beberapa abad sebelum periode
masehi dan tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan India.
Tokoh-tokohnya adalah zhang heng, tsu ch’ung-chih dan tsu keng-chih,
zu chongzhi, qín shǐ huáng.
Peradaban
terdini anak benua India adalah Peradaban Lembah Indus yang mengemuka di antara tahun 2600 dan 1900 SM di daerah aliran Sungai
Indus. Kota-kota
mereka teratur secara geometris, tetapi dokumen matematika yang masih terawat
dari peradaban ini belum ditemukan.
Tokoh-tokohnya adalah Panini,
Surya Siddanta, Arybhata, Brahma Gupta Dan Mādhava.
1.5. Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan kekurangan
maka dari itu, penulis mengharapkan semoga para pembaca bisa memberikan masukan
kepada penulis. Semoga makalah ini dipergunakan sebaik-baiknya.
[2] http://makalah-download.blogspot.com/2011/06/sejarah-matematika-abad-ke-1.html, di akses pada tanggal 10 Oktober 2011
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Q%C3%ADn_Sh%C7%90_Hu%C3%A1ng, di akses pada tanggal 10 Oktober 2011
[8] Sitrus,Sejarah
Pengantar Matematika dan Pembaharuan Pengajaran Matematika di Sekolah,(Bandung:Tarsito,1990),
hal 93-94
0 komentar:
Posting Komentar