BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ajaran akhlak dalam Islam berumber dari wahyu Illahi yang termasuk dalam
Al-quran dan sunnah. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan
situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak untuk
memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak. Dalam keseluruhan
ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting.
Di dalam Alquran saja banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah akhlak .
belum lagi dengan hadits-hadits Nabi, baik perkataan maupun perbuatan, yang
memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam keseluruhan aspek kehidupan. Akhlak
dalam Islam bukanlah moral yang harus disesuaikan dengan suatu kondisi dan
situasi, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak, nilai-nilai
baik dan buruk, terpuji dan tercela berlaku kapan saja, dimana saja dalam
segala aspek kehidupan tidak di batasi oleh ruang dan waktu.
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan mendapatkan
kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai kebaikan yang di ajarkan
oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam. Akhlak Islam
benar-benar memelikhara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormay sesuai
dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah dalam bahasa Alquran memang dapat
menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki
fitrah bertauhid, mengakui keesaanNya. (QS Ar-Rum :30)
Karena fitrah itulah manusia kepada kesucian dan selalu cenderung kepada
kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebesaran itu tidak akan di dapat kecuali
dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu
terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya
pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar
yang perlu dipelihara dan dikembangkan.
Banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat
lagi melihat kebenaran, oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak di serahkan
sepenuhnya hanya kepada hati nurani / fitrah manusia semata, harus dikembalikan
kepada penilaian syara’ yaitu Alquran dan Hadits. Semua keputusan syara’ tidak
akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kudua-duanya berasal dari
sumber yang sama yauti Allah SWT.
Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanya lah salah satu kekuatan
yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan / keburukan . Dan keputusannya
bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan
pengetahuannya, oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat
spekulatif dan subjektif. Demikanlah tentang hati nurani dan akal pikiran.
Di samping istilah akhlak juga di kenal istilah etika dan moral. Ketiga
istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan
manusia. Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak
standarnya adalah Alquran dan Sunnah, bagi etika standarnya pertimbangan akal
pikiran, dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di
masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah
yang akan d kaji diantaranya:
a.
Bagaimana pengertian akhlak?
b.
Bagaimanakah hubungan akhlak dan tingkah laku?
c.
Apa saja dan bagaiman pembagian akhlak?
d.
Bagaimanakah kedudukan Akhlakul Karimah?
1.3.Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1.
Untuk mendiskripsikan pengertian akhlak.
2.
Untuk menjelaskan hubungan akhlak dan tingkah laku.
3.
Untuk lebih mengetahui tentang pembagian
akhlak.
4.
Untuk lebih memahami kedudukan Akhlakul
Karimah.
Adapun kegunaannya adalah:
1. Menambah
wawasan dan sebagai bahan bacaan.
2. Memenuhi
tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak
Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku dan tabi’at. Sinonim kta akhlak adalah budi
pekerti, tata krama, sopan santun, moral dan etic.[1]
Sedangkan akhlak menurut istilah sebagaimana di ungkapkan oleh Imam
Al-Ghazali adalah sebagai berikut : aklhlak adalah suatu bentuk (naluri asli)
dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan
dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila
naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji
menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya
bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang
buruk.
Yang di maksud melahirkan tindakan dan kelakuan ialah suatu yang dijelmakan anggota lahir
manusia, misalnya tangan, mulut, demikian juga yang dilahirkan oleh anggota
bathin yakni hati yang tidak dibuat-buat. Kalau kebiasaan yang tidak
dibuat-buat itu baik disebut akhlak yang baik dan kalau kebiasaan yang buruk
disebut akhlak yang buruk.
Jadi dapat kita simpulkan awal perbuatan yang itu lahir malalui kebiasaan
yang mudah tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu . contohnya
jika seseorang memaksakan dirinya untuk mendermakan katanya / menahan amarahnya
dengan terpaksa , maka orang yang semacam ini belum disebut dermawan / orang
yang sabar. Seseorang yang memberikan pertolongan kepada orang lain belumlah
dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik.
Apabila ia melakukan hal tersebut karena dorongan oleh hati yang tulus,
akhlas, dari rasa kebaikannya / kasihannya sesama manusia maka ia dapat
dikatakan berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Jadi akhlak adalah masalah
kejiwaan, bukan masalah perbuatan, sedangkan yang tampak berupa perbuatan itu
sudah tanda / gejala akhlak.
Sedangkan akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di dalam
jiwa yang dengannya malahirkan macam-macam perbuatan baik / buruk tampa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan. Dan menurut Abdul Karim Zaidan akhlak adalah
nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatan baik / burk untuk kemudian
memilih melakukan / meninggalkannya.
Dari beberapa pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa akhlak /
khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan
muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran /
pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Sifat spontanitas dari akhlak tersebut ccontohnya adalah apabila ada
seseorang yang menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid setelah
mendapat dorongan dari seorang da’i (yang mengemukakan ayat-ayat dan
hadist-hadist tentang keutamaan membangun mesjid di dunia), maka orang tadi
belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena kemurahannya itu lahir
setelah mendapat dorongan dari luar dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan
yang lain.
Boleh jadi tanpa dorongan seperti itu, dia tida akan menyumbang. Dari
keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa akhlak itu brsifat spontan dan
tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar.
Menurut terminologi, filosofis akhlak Islam yang terpengaruh oleh filsafat
Yunani ia memberikan defenisi akhlak yaitu suatu keadaan bagi jiwa yang
mendorong ia melakukan tindakan. Dari keadaan itu tanpa melalui pemikiran dan
pertimbangan. Keadaan ini terbagi 2 ada yang berasal dari tabiat aslinya ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang
berulang-ulang. Boleh jadi tindakan itu pda mulanya hanya melalui pemikiran dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.
Di samping istilah akhlak juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga
istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan
manusia. Akhlak itu ada yang bersifat tabrat / alami, maksudnya bersifat fitrah
sebagai pembawaan sejak lahir, misalnya sabar, penyayang, malu, sebagaimana di
dalam hadist Abdil Qais disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepadaku
“sesungguhnya pada diri kamu ada dua tabiat yang di sukai Allah”, Aku berkata
“Apa yang dua itu ya Rasulullah?”, rasulullah SAW menjawab “Sabar dan malu”.
Kata akhlak dipakai untuk perbuatan terpuji dan perbuatan tercela. Oleh
karena itu akhlak memerlukan batasan agar bisa dikatakan akhlak terpuji /
akhlak tercela.
B.
Hubungan Akhlak dan Tingkah
Laku
Jika akhlak merupakan sifat diri secara bathiniahyang bisa diketahui oleh
mata hati, tingkah laku merupakan gambara diri secara lahiriah yang bisa
diketahui oleh mata atau dapat kita katakan bahwa hubungan akhlak dan tingkah
laku itu seperti hubungan antara yang menunjukkan dan yang ditunjukkan.[2]
Jka tingkah laku manusia itu baik serta terpuji, akhlaknya terpuji,
sedangkan jika tingkah lakunya buruk maka serta tercela maka akhlaknya pun
tercela. Inipun terjadi bila tak ada faktor luar yang mempengaruhi tingkah laku
itu, kemudian menyebabkan tidak mengarakan akhlak secara benar. Contohnya orang
yang bersedekah karena ingin dilihat orang-orang disampingnya.
Rasulullah juga pernah bersabda “Manusia yang paling banyak dimasukkan ke
dalam surga adalah manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan akhlak yang
baik”. Akhlak itu merupakan suatu keadaan dalam diri, maksudnya ia merupakan
suatu sifat dimilki aspek jiwa manusia, sebagaimana tindakan merupakan suatu
sifat bagi aspek tubuh manusia.
C.
Pembagian Akhlak
Akhlak dibagi menjadi dua macam :
1. Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah adalah akhlak yang mulia
atau terpuji. Akhlak yanh baik itu dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula
yaitu sesuai dengan ajaran Allah SWT dan rasil-rasulNya[3]
Misalnya :
a. Bertqwa kepada Allah
SWT
“Dan
bertaqwalah kepada Ku, hai orang-orang
yang berakal”. (QS Al-Baqarah : 197)
Rasulullah juga telah bersabda yang mana
artinya adalah sebagai berikut :
“Bertqwalah kepada Allah dimana saja kamu
berada dan ikutilah suatu keburukan dengan kebaikan, niscaya akan
menghapuskannya dan bergaullah dengan sesma manusia dengan akhlak yang baik”
(H.R Tirmidzi dari Abu Dzar dan Mu’adz bin
Jabal)
b. Berbuat baik kepada
kedua orang tua.
Allah SWT telah berfirman yang mana
artinya adalah sebagai berikut :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu tidak menyembah selain Dia.dan hendaklah kamu berbuat baik kepad ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia”
(QS Al-Isra’ : 23)
Rasulullah juga telah bersabda
“Ridha Allah SWT itu terletak pada ridha
kedua orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murkanya kedua orang tua”
(H.R Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr).
c. Suka Menolonh Orang
yang Lemah
Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Maidah : 2 yang mana artinya adalah
sebagai berikut
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa. Dan
jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran”.
Rasulullah juga telah bersabda :
“Dan Allah akan menolong hambaNya, selama
hambaNya itu suka menolong saudaranya”
(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
2. Akhlakul Madzmumah
Akhlakul madzmumah adalah akhlah tercela /
akhlak yang tidak terpuji. Akhlakul madzmumah (tercela) ialah akhlak yang
lahir dari sifat-sifat yang tidak sesuai
dengan ajaran Allah SWT dan RasulNya.[4]
Misalnya :
a. Musryik (menyekutukan
Allah)
Sebagaiman firman Allah SWT yang artinya :
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang
yang berkata ‘sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam’ padahal Al Masih
sendiri berkata ‘ Hai Bani Israil, sembahlan Allah Tuhanku dan Tuhanmu!’. Sesungguhnya orang-orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pastilah Allah mengharamkam surga kepadanya dan tempatnya adalah
neraka. Orang-orang zalim itu tidaklah mendapat seorang penolong pun”
(QS Al Maidah : 72).
Rasulullah SWA juga bersabda yang artinya
sebagai berikut :
“Tidaklah kalian mau kuberi tahukah
sebesar-besarnya dosa besar? (beliau mengatakan demikian demikian sampai 3
kali). Para sahabat menjawab,”Tentu ya Rasulullah “. Rasulullah SAW bersabda
yang demikian itu adalah musryik (menyekutukan Allah)”.
(H.R Bukhari dan Muslim)
b. Pergaulan Bebas
(zina)
Allah berfirman
wur (#qç/tø)s? #oTÌh9$#
( ¼çm¯RÎ) tb%x. Zpt±Ås»sù uä!$yur
WxÎ6y ÇÌËÈ
“Dan janganlah kamu mendekati zina ,
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji dan jalan yang buruk”
(QS Al-Isra’ : 32)
Rasulullah telah bersabda yang artinya :
“tidak ada suatu dosa pun setelah musryik
(menyekutukan Allah) yang lebih besar di sisi Allah dari pada seseorang yang
meletakkan spermanya kepada kamaluan perempuan yang tidak halal baginya”
(H.R Ahmad dan Thabari dari Abdullah bin
Al-Harits)
c. Meminum Minuman Keras
(narkoba)
Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman
dalam surat Al-Maidah : 90, yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, dan mengundi
nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”
(QS Al-Maidah : 90)
Rasulullah dalam hal ini telah bersabda :
“Jauhilah minum minuman keras, karena dia
merupakan kunci segala keburukan”
(H.R Al-Hakam dari Ibnu Abbas r.a)
D.
Kedudukan Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah merupakan
barometer tinggi rendahnya derajat seseorang sekalipun orang itu pandai
setinggi langit, namun jika ia suka melanggar norma-norma agama maka ia tidak
bisa dikatakan orang yang mulia.
Akhlakul karimah tidak hanya
menentukan tinngi rendahnya derajat seseorang akan tetapi mencakup pula derajat
suatu bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan mulia karena kemuliaan dan
kebesarannya, kalau mereka berakhlak jahat dan hinakarena yang akan tinggal itu
bukan kemewahan dan kebesarannya melainkan akhlaknya.
Oleh karena itu akhlak menjadi
peninggalan kekal yang akan terhapus selama dunia di huni manusia, sedang
kemewahan dan kebesaran itu akaj lenyap bila bangsa itu hancur dan binasa.
Lenyapnya kemuliaan suatu bangsa karena kehilangan akhlak yang baik dan utama
dari mereka, demikian pula sebaliknya kekalnya suatu bangsa karena kekalnya
akhlak-akhlak dari mereka.
Seorang pujangga Mesir bernama
Ahmad Syauqi dalam salah satu qubahannya: Sesungguhnya suatu bangsa akan
menjadi jaya dan terhormat selama bangsa itu memiliki akhlak yang luhur,
apabila bangsa itu telah kehilangan akhlak yang luhur, maka bangsa itu akan
musnah dan hancur lembur.
Oleh karena itu masalah akhlak
itu tidak bisa dianggap sepele, karena mencakup masyarakat luas, yang akan
mengangkat drajat manusia ke tingkat yang semulia-mulianya, namun bila salah
jalan justru akan membawa mareka kepada derajat yang serendah-rendahnya.
Masalah akhlak pada masa sekarang ini pada umumnya kejahatan mengatasi
kebaikan,kebatilan mengatasi kebenaran, pencemaran menjadi perbuatan yang
lumrah dilakukan orang.
Pada masa sekarang orang tua
sangat mengkhawatirkan moral anaknya, karena rusaknya pergaulan dikalangan
manusia, khususnya pada masa remaja. Masa yang menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat dipengaruhi oleh hawa nafsu dan bujukan setan.
Namun manusia tidak bisa semata-mata mengandalkan teknologi dan ilmu
pengetahuan ini untuk membimbingnya ke jalan kebajikan dan mengesampingkan
ajaran dan tuntutan agama.
Kaum muslim sebaiknya
mempraktekkan akhlakul karimah ini, karena
kedatangan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai penyempurna akhlak yang baik
dan utama. Sebagaimana diterangkan dalam sabdanya yang artinya:
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”
(H.R Al-Hakim dari Abu
Hurairah)
Sebagai anjuran bagi umatnya
supaya berakhlak baik, bliau bersabda, yang artinya adalah :
“Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”
(H.R Tirmidzi dari Abu
Hurairah)
Dan Nabipun telah mendorong
orang tua agar mengajarkan tata krama dan sopan santun kepada anak-anaknya
tersebut dalam sebuah hadits yang artinya
“Muliakanlah anak-anakmu dan
baguskanlah budi pekerti mereka”
(H.R Ibnu Majah dari Anas bin
Malik)
Nabi Muhammad tidak hanya
menganjurkan umatnya supaya berakhlak baik dan mulia, tetapi lebih dahulu
beliau berakhlak mulia, bersopan santun dan berperangai terpuji, sehingga Allah
SWT memberikan pujian kepada beliau yang belum pernah diberikannya kepada orang
lain, sebagaimana diterangkan dalam firmannya :
y7¯RÎ)ur 4n?yès9
@,è=äz
5OÏàtã ÇÍÈ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi
pekerti agung”
(QS Al-qalam : 4)
Oleh karena itu setiap muslim berkewajiban mendidik dirinya
sendiri dan ank-anaknya supaya berakhlak baik. Dan di perguruan tinggi masalah
akhlak ini perlu mendapat perhatian. Janganlah mereka hanya mementingkan ilmu
pngetahuan dan teknologi saja, sedangkan akhlak tidak diperhatikan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
serta penghidupan yang serba mewah itu, tidaklah memiliki arti apa-apa kalau
mereka dan anak-anak mereka berakhlak jahat dan hina, karena ketiadaan akhlak
yang baik itu bisa membawa mereka kepada kerusakan dan kerendahan.
Dalam keseluruhan agama Islam
akhlak menempati kedudukan istimewa dan sangat penting, karena Rasulullah SAW
menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam,
beliau bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya aku di utus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
(H.R Baihaqi)
Akhlak merupakan salah satu
ajaran pokok agama Islam sebagai Rasulullah Saw pernah mendefenisikan agama itu
dengan akhlak yang baik.
Diriwayatkan bahwa seorang
laki-laki bertanya pada Rasulullah SAW:
Ya Rasulullah,
apakah agama itu? Beliau menjawab “Agama itu adalah akhlak yang baik”.
Pendefisian agama (Islam) dengan akhlak yang baikitu sebanding dengan
pendefenisian ibadah haji dengan wuquf di Arafah. Rasulullah menyebutkan haji
adalah wuquf di Arafah. Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wuquf di Arafah.
Akhlak yang baik akan memberatkan
timbangan kebaikan seseorang nantipada hari kiamat. Rasulullah bersabda yang
mana artinya :
“Tidak ada satupun
yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seorang hamba mukmin nanti
pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik”
(H.R Tirmidzi)
Dan orang yang paling dicintai serta
dekat dengan Rasulllah SAW nanti pada hari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya. Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran
klulitas imannya. Hal ini bisa kita lihat pada sabda rasulullah yang artinya
adalah :
“Orang mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, misalnya shalat,
puasa, zkat, dan haji. Sebagaiman firman Allah yang artinya :
“Dan dirikan lah
shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
(QS Al-Ankabut :
29:45)
Rasulullah juga pernah bersabda
bahwa puasa itu bukan hanya menahan makan dan minum saja, tapi puasa itu
menahan diri dari perbuatan kotor dan keji. Jika seoarng mencaci, menjahili
kamu maka katakan sesungguhnya aku sedang puasa.
Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah 9:103 :
“ Ambilah zakat
dari sebagaian harta mereka, demgan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka”.
Firman allah dalam surat Al-Baqarah
: 197
“Musim haji adalah
beberapa bulan dimaklumi. Barabg siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu
akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (mengeluarkan perkataan yang
menimbulakan birahi yang tidak senonoh / bersetubuh dalam masa mengerjakan
haji”.
Dan beberpa arti dari ayat di atas
kita dapat melihat adanya kaitan langsung antara shalat, puasa, haji dan zakat
dengan akhlak. Seseorang yang mendirikan shalat tentu tidak akan mengerjakan
segala perbuatan yang tergolong keji dan mungkar. Sebab apalah arti shalat
kalau dia tetap saja mengerjakan kekejian dan kemungkaran. Seseorang yang
benar-benar puasa demi mencari ridha
Allah, di samping menahan keinginannya untuk makan dan minum, tentu saja akan
menahan dirinya dari segala kata-kata yang kotor dan perbuatan yang tercela. Sebab
tanpa meninggalkan perbuatan yang
tercela itu dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya
lapar dan haus semata.
Begitu juga dengan ibadh, zakat dan haji, di kaitkan oleh Allah SWT
hikmahnya dengan aspek akhlak. Jadi kesimpulannya, akhlak yang baik dan
diterima oleh Allah adalah buah dari ibadahyang baik atau ibadah yang baik dan
diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji.
Nabi Muhammad Saw selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlak beliau.
Salah satu doa beliau adalah :
“Ya Allah
tunjukilah aku jalan menuju akhlak yang baik, karena sesungguhnya tidak ada
yang dapat memberi petunjuk menuju jalan yang lebih baik selain engkau.
Hindarilah aku dari akhlak yang buruk karena sesungguhnya tidak ada yang dapat
menghindarkan aku dari akhlak yang buruk kecuali engku”.
Di dalam Alquran banyak terdapat
ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak,baik berupa perintah untuk berakhlak
yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang
mematuhi perintah itu, maupn larangan berakhlak yang buruk serta celaan dan
dosa bagi orang-orang yang melanggar.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata khuluq yang artinya
budi pekerti. Pengertian akhlak menurut istilah di ungkapkan oleh Imam
Al-Ghazali , Ibrahim Anis, dan Abdul Karim Zaidan. Menurut Al-Ghazali akhlak
adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seseorang manusia yang dapat
melahirkan suatu indakan dan kelakuan
dengan mudah dan spontan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan menurut Ibrahim Anis akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan baik / buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dan
menurut Abdul Karim Zaidan adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam
dalam jiwa yang dengan sorotan dan pertimbangan seseorang dapat menilai
perbuatannya baik / buruk untuk kemudian memilih melakukan / meninggalkannnya.
Ketiga defenisi di atas kita bisa menyatakan bahwa akhlak / khuluq itu
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia. Sehingga dia muncul secara
spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran /pertimbangan lebih
dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Berarti akhlak itu haruslah
bersifat konstan dan spontan tidak memerlukan pertimbangan serta dorongan dari
luar.
Sedangkan pembagian akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu akhlakul karimah
yaitu akhlak yang terpuji (yang mulia). Akhlak yang baik itu dilahirkan oleh
sifat-sifat yang baik pula yaitu sesuai dengan ajaran Allah SWT dan RasulNya,
misalnya bertaqwa kepada Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, suka
menolong orang yang lemah. Karena akhlak yang baikakan memberatkan timbangan
kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah juga bersabda bahwa tidak
ada satu pun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seorang hamba
mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik.
Selain akhlakul karimah juga ada akhlakul madzmumah yaitu akhlak yang
tercela / akhlak yang tidak terpuji. Akhlakul madzmumah ialah akhlak yang lahir
dari sifat-sifat yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT dan rasulNya,
seperti musryik, pergaulan bebas (zina) dan minum minuman keras.
3.2. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari bahw apenulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
13 komentar:
Assalamualaikum
mohon izin untuk menyertakan artikel Mba Fitri, sebagai salah satu bahan dari tugas kami
sebelumnya kami mengucapkan terima kasih, semoga menjadi amal shalih bagi Mba Fitri, amiin
Assalamualaikum mba,
Saya mohon izin mengutip materi diatas untuk tugas kami. terima kasih.
assalamualaikum...
mba, mohon izin yaa untuk menyertakan artikel diatas sebagai bahan dari tugas kami, terimakasih...
mohon izin atas beberapa substansi dari artikel anda , saya copy untuk dijadikan salah satu sumber tugas saya. terima kasih.
assalamualaikum, mohon izin untuk menyertakan artikel di atas sebagai bahan tugas saya. Terimakasih
minta izin untuk mencopy sebagai referensi tugas saya
terima kasih
trimakasih infonya...
izin copas ya min buat tugas... sukses selalu...
Assalamualaikum mohon ijin mengkopi buat referensi tugas saya
Sekian terima kasih
Assalamualaikum mohon ijin mengkopi buat referensi tugas saya
Sekian terima kasih
Assalamualaikum mohon ijin mengkopi buat referensi tugas saya
Sekian terima kasih
Izin saya copy ya Kak
Assalamualaikum mohon izin untuk dijadikan referensi
Assalamualaikum
Mohon izin mengCopy tugas bahan tugas persentasi
Posting Komentar